Kisah Gus Mus dan Puisi 'Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana'

11 April 2018 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KH Musthofa Bisri alias Gus Mus dan Gus Yasin. (Foto: Dok. Humas GP)
zoom-in-whitePerbesar
KH Musthofa Bisri alias Gus Mus dan Gus Yasin. (Foto: Dok. Humas GP)
ADVERTISEMENT
KH Mustofa Bisri atau Gus Mus hanya menanggapi santai soal puisi karyanya yang belakangan ini menjadi perbincangan. Puisi yang sarat makna itu, menjadi ramai manakala dibacakan Ganjar Pranowo, Cagub Jateng saat acara di Kompas TV.
ADVERTISEMENT
Mulai dari presenter TV sampai kelompok ormas Islam sempat salah paham soal puisi yang dibacakan Ganjar itu. Namun belakangan malahan meminta maaf setelah tahu puisi 'Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana' ini karya Gus Mus, seorang sesepuh NU.
Bait puisi yang sempat ramai itu berbunyi, 'Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saa. Kau bilang kau suka damai, Kau ajak aku setiap hari bertikai'
Dalam keterangan pers seperti disampaikan tim Ganjar Pranowo, Rabu (11/4), pagi tadi Gus Mus berangkat umrah bersama rombongan jemaah dan keluarganya. Kepada Gus Yasin, yang juga Cawagub Jateng, pasangan Ganjar, terkuaklah cerita puisi yang ditulis pada 1987 itu.
"Beliau menceritakan puisi itu karangan beliau 30 beliau tahun lalu, waktu itu masih jadi anggota DPRD provinsi bersama Kiai Toyfur almarhum. Beliau cerita puisi itu hasil ngobrol dengan Kiai Toyfur, kata Kiai Toyfur 'Gus catat saja, bikin saja terus jadi puisi," kata Gu Yasin yang menemani Gus Mus dan keluarga di bandara.
ADVERTISEMENT
KH Musthofa Bisri alias Gus Mus dan Gus Yasin. (Foto: Dok. Humas GP)
zoom-in-whitePerbesar
KH Musthofa Bisri alias Gus Mus dan Gus Yasin. (Foto: Dok. Humas GP)
Gus Mus bercerita lagi, konteks puisi tersebut menggambarkan masyarakat Indonesia yang tertindas oleh rezim orde baru. Puisi tersebut sangat populer pada masanya di kalangan mahasiswa dan aktivis.
"Konteksnya dulu itu masyarakat tertindas karena politik waktu itu, jadi itu ungkapan dan puisi itu menjadi puisi wajib ketika masyarakat gerakan-gerakan LSM dan mahasiswa untuk demo," kata Yasin
Gus Mus juga menyesalkan adanya penafsiran keliru yang berujung kontroversi. Namun Gus Mus juga senang banyak masyarakat yang merespons dan membela puisinya. Salah satunya dengan acara baca puisi Gus Mus bareng di Posko Relawan Ganjar Yasin.
"Beliau menyesalkan adanya kritik itu. Tapi beliau memantau dan senang sekali ada di posko ada baca puisi beliau, senang sekali," beber Gus Yasin.
ADVERTISEMENT
Sejak menjadi kontroversi di sosial media, Gus Mus mengaku banyak dihubungi santri-santrinya. Terutama yang kini menjadi anggota GP Ansor dan Banser.
"Banyak sekali dari teman Banser dan Ansor teman-teman yang ingin menangani siapa saja yang melaporkam dan menghina puisi tersebut, tapi karena Gus Mus mau umroh jadi belum bisa ketemu," ujar Yasin.
Lebih dari itu, Gus Mus bersikap santai. Kepada Yasin, ia juga meminta pihak Ganjar Yasin tidak terlalu menanggapi serangan isu penistaan agama.
"Kata Gus Mus 'wes jarke wae lah toh mereka akan kena batunya sendiri, itu kan malah menguntungkan njenengan sama mas Ganjar toh itu bukan njenengan yang ngarang'," demikian pesan Gus Mus ke Gus Yasin.
ADVERTISEMENT