Kisah Mantan Pejudi yang Kini Jadi Penyelamat Penyu di Bali

3 April 2018 12:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Made Kikik, konservator penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Made Kikik, konservator penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
ADVERTISEMENT
Kehidupan Made Kikik, seorang nelayan Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, berubah drastis setelah dia menyaksikan sendiri bagaimana telur-telur penyu punah. Kikik yang sebelumnya sibuk berjudi, kini jadi sibuk merawat telur-telur penyu.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan yang diperoleh kumparan (kumparan.com) dari kitabisa.com, begini kisahnya.
Suatu hari sepulang berlayar, Kikik melihat segerombolan biawak menggali lubang yang ternyata sedang memakan anak penyu alias tukik yang baru menetas. Kikik sangat terkejut, namun tak bisa berbuat apa-apa lagi karena tukik sudah mati dan seluruh telurnya hancur.
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Beberapa hari kemudian sekembali dari melaut dia melihat hal yang sama. Namun kali ini penyu dan telurnya habis dimakan anjing liar di sekitar pantai.
Kejadian tersebut membuka mata Kiki. Sebagai warga asli Gianyar, ia tahu bahwa penyu adalah endemik setempat yang hampir punah. Karenanya setelah kejadian itu, ia bertekad menyelamatkan penyu-penyu tersebut dengan membantu menetaskannya.
ADVERTISEMENT
Saat musim penyu bertelur, Kikik bergerilya seorang diri di pesisir pantai. Dia mencari penyu-penyu yang bertelur untuk dibawa ke tempat penetasan yang telah dibuatnya di rumah. Semakin lama jumlah indukan bertambah dan jumlah tukik semakin banyak. Kikik kemudian mendirikan Saba Asri Conservation dengan menggandeng warga setempat.
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
"Dulu istri saya marah, bukannya cari ikan, malah bawa telur penyu. Biaya kasih makannya pakai uang sendiri. Tapi penyu ini sangat berjasa bagi saya. Berkat penyu ini, kebiasaan saya judi dan mabuk perlahan hilang, sehari tidak melihat mereka seperti ada sesuatu yang hilang," ujar Kikik.
Saat ini kelompok konservasi yang didirikan oleh Made Kikik sudah memiliki areal penetasan yang diberikan oleh desa adat setempat. Kawasan konservasi seluas 5 are atau sekitar 2,5 hektar itu dipagari dengan batang kayu. Di dalamnya terdapat bak penetasan yang berukuran 3x2x1 meter. Selain itu ada penampungan tukik yang berisi 6 bak untuk menampung tukik sesuai umurnya.
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Namun Kikik dan kelompok konservasinya terhambat dengan biaya pakan tukik yang cukup mahal. Dia mengandalkan sumbangan sebesar Rp 50 ribu per tukik bila ada yang hendak melepasliarkan. Jika tak ada pengunjung, Kikik merogoh kocek pribadi untuk membeli pakan tukik.
ADVERTISEMENT
Untuk tukik usia 1 bulan, setiap 50 ekornya dibutuhkan pakan 1 kg udang sekali makan. Padahal setiap hari tukik makan 2 kali yakni pagi dan sore.
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Masalah lain yang dihadapi adalah fasilitas seperti pompa air bersih, serta pagar yang masih terbuat dari kayu. Kondisi pagar semi permanen membuat anjing bisa menerobos ke dalam area konservasi.
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Renovasi lokasi konservasi penyu Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Tergerak dengan kisah Kikik, Bali Zoo kemudian membuat program #BaliZooTurtleConservation.
Ini adalah program kampanye untuk menyelamatkan penyu-penyu yang terancam punah. Program ini sudah berjalan sejak bulan Januari 2017. Beberapa kegiatan pendukung seperti Bali Zoo Goes to School, di mana tim Bali Zoo mendatangi sekolah-sekolah di Bali untuk mengedukasi para murid mengenai penyu. Ada juga seminar edukasi dan lomba menggambar dan mewarnai yang telah diikuti oleh empat ratus anak yang mana uang pendaftaran langsung disumbangkan ke Saba Asri Conservation.
ADVERTISEMENT
“Hingga saat ini sudah terkumpul puluhan juta rupiah, dana yang sudah Bali Zoo kumpulkan melalui pemotongan donasi seribu rupiah untuk tiket masuk, kotak donasi dan event. Bali Zoo tengah mengadakan program kampanye selama satu tahun yang bertujuan untuk mengumpulkan dana sebesar satu milyar rupiah yang nantinya akan diberikan kepada Saba Asri Conservation” ujar Head of Public Relations, Emma Chandra.
Bagi Anda yang tergerak untuk membantu Pak Kiki dan Saba Asri Conservation, dapat menyalurkannya di sini atau dalam tautan berikut: