news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Naila, Direkrut ISIS hingga Jadi Penggiat Antiradikalisme

8 Februari 2019 18:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ISIS Foto: REUTERS/Alaa Al-Marjani
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ISIS Foto: REUTERS/Alaa Al-Marjani
ADVERTISEMENT
ISIS menjadi kelompok yang selalu menggegerkan dunia. Dalam menebar teror kepada masyarakat dunia, ISIS berusaha merekrut anggota dan kombatan dari berbagai belahan dunia, salah satunya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Naila (23) menjadi salah satu korban perekrutan ISIS. Tak tanggung-tanggung warga Depok itu secara sukarela berangkat ke Suriah bersama 17 anggota keluarga besarnya karena tergiur janji manis ISIS. Ia berangkat ke Suriah 4 tahun silam dengan biaya sendiri.
Padahal saat itu, Naila mengaku kondisi keluarga besarnya sedang mengalami kesulitan ekonomi. Naila mengatakan, adiknya yang pertama kali mengenal soal ISIS. Kala itu, adiknya merasa kurang perhatian karena keluarganya sering sibuk. Di situlah pengaruh ISIS mulai masuk ke hati adiknya.
Naila, penggiat Program Intoleransi dan Radikalisme. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
Naila menceritakan, adiknya mengenal ISIS pada 2014 lalu, melalui media sosial Tumblr yang kini sudah ditutup pemerintah. Namun, ternyata paman Naila juga ikut menerima pengaruh ISIS melalui internet.
"Kita dapat info gitu (ISIS) dari internet. Jadi adik saya itu ada hubungan langsung dengan orang ISIS terus dia (ISIS) mengasih janji macem-macem," cerita Naila saat acara Nusantara oleh Wahid Foundation di The Sultan Hotel Jakarta, Jumat (8/2).
ADVERTISEMENT
Saat itu, ISIS menjanjikan keluarga Naila untuk melunasi seluruh utang. ISIS juga menjanjikan pengobatan kepada keluarga Naila yang tengah mengalami sakit cukup parah dan harus segera dioperasi.
Ilustrasi wanita anggota ISIS Foto: Reuters
Naila dan 17 anggota keluarga besarnya akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Suriah, pada 2015. Saat itu, Naila berharap seluruh janji ISIS akan diberikan. Namun, ternyata ISIS enggan memenuhi janjinya.
Sebab, Naila dan keluarga menolak bergabung dengan tentara perang ISIS. Padahal menurut Naila, ISIS dalam janjinya tak pernah menuntut anggotanya berjihad.
"Di sana itu kita enggak dapat (janji ISIS) karena kita enggak mau bergabung dengan pasukan tentara mereka gitu. Jadi kalau mau dapat (fasilitas) kita harus gabung dengan pasukan mereka. Sedangkan mereka janjinya enggak usah dipaksa untuk berperang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Karena menolak, para laki-laki yang ada di keluarga Naila akhirnya ditahan di penjara oleh tentara ISIS. Selama itu, Naila dan keluarga lainnya terus menagih janji yang akhirnya diberi sebuah rumah di Suriah.
Ilustrasi ISIS Foto: REUTERS
Para laki-laki keluarga Naila akhirnya berhasil bebas. Saat itu, Naila dan keluarga berusaha mencari jalan keluar agar kembali ke Indonesia. Satu tahun berlalu, Naila dan keluarga tak kunjung kembali ke Indonesia.
Bahkan, Naila dan keluarga pernah ditipu penyelundup yang juga merupakan agen ISIS. Jika tak berhati-hati, nyawa menjadi taruhannya.
"Kita harus super hati-hati dan penyelundupnya harus super hati-hati juga, karena bisa dibunuh juga. Ada penduduk asli yang dia jadi double agent. Jadi ada yang agen untuk ISIS juga. Asalkan mereka nyari duit," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Naila dan keluarga akhirnya berhasil kembali ke Indonesia pada 2017 setelah menyerahkan diri ke Pasukan Demokrat Suriah (SDF). Setelah menunggu dua bulan, akhirnya ada pihak pemerintah Indonesia yang mengamankan Naila dan keluarganya di salah satu wilayah di Suriah. Sampai akhirnya perwakilan pemerintah Indonesia itu membawa mereka pulang.
Naila akhirnya pulang kembali ke tanah air. Beberapa saat setelahnya Naila bertemu dengan salah satu pengurus Wahid Foundation. Mendengar kisah hidup Naila, akhirnya ia diajak untuk bergabung ke dalam program Desa Damai yang diinisiasi oleh Wahid Foundation. Program ini bertujuan untuk memerangi intoleransi dan radikalisme mulai dari desa.
Suasana acara Nusantara oleh Wahid Foundation. Foto: Efira Tamara/kumparan
Naila yang juga ikut dalam program Youth Camp Wahid Foundation pergi ke desa-desa untuk menyampaikan pesan perdamaian. Dia juga berbagi cerita mengenai kisahnya dan belajar dampak negatif radikalisme.
ADVERTISEMENT
Pengalamannya selama di Suriah membuat dia berharap tidak ada lagi warga Indonesia yang terpengaruh dengan ISIS dan janji-janji bohong yang disebarkan demi merekrut kombatan. Naila berharap ke depan, masyarakat lebih menyaring informasi yang ada di media sosial.
"Jadi apa yang saya dapat dari pengalaman pribadi ini. Mau info apapun yang datang dari sosial media atau yang dari kita baca atau yang kita dengar itu selalu dicek. Walaupun dari orang yang terpercaya" tuturnya .
"Karena orang bisa salah dengar, bisa salah tangkap, bisa salah ngerti. Jadi selalu ngecek ke sumbernya, karena sekarang ini zamannya hoaks. Jadi kita itu harus kritis," tutupnya.
Seorang anggota ISIS. Foto: REUTERS/Stringer
Naila kini tengah sibuk berbisnis madu yang tengah dirintisnya. Adik dan ibunya juga tengah mendalami bisnisnya masing-masing untuk menopang ekonomi keluarga. Naila juga mulai belajar bagaimana berbisnis melalui online dan terus melebarkan bisnisnya.
ADVERTISEMENT