Kisah Penjual Uang Kuno dan Recehan yang Mahal Harganya

12 Juni 2018 13:08 WIB
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menjelang hari raya Idul Fitri jasa penukaran uang baru untuk dijadikan 'THR' untuk sanak keluarga maupun tetangga. Namun, di Pasar Baru, Jakarta Pusat justru banyak penjual uang kuno.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan kumparan ke pusat perbelanjaan tersebut, ada lima pedagang uang kuno di tempat itu. Mereka memajang koleksi uang kuno mereka pada sebuah papan. Uang kertas ditempatkan di papan atas. Sedangkan uang koin diletakan di papan bawah.
Salah satu pedagang uang kuno, Bahari Mahar, bercerita soal profesinya itu. Menurutnya pekerjaan itu ia jalani karena kesenangan. Selain itu, menurut Bahari uang kuno memiliki nilai seni tersendiri.
“Saya awalnya senang saja, siapa sih yang enggak mau kumpulin uang. Cuma saya melihat di situ ada nilai arti seninya saja. Itu sangat dalam dan jauh, nilainya beda,” ujar Bahari di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (12/6).
Selain itu, Bahari juga menilai setiap uang memiliki sejarah yang berbeda-beda. Kebetulan ia juga menyukai sejarah. Maka itu ia merasa cocok dengan pekerjaan tersebut. Cerita dan nilai sejarah itulah yang sulit dinilai dengan nominal rupiah.
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
“Uang sekian sejarahnya ini, tahun sekian sejarahnya ini. Setiap uang selalu ada sejarah. Kebetulan saya juga senang sejarah. Dulu sekolah saya juga senangnya sejarah,” ungkap pria yang sudah lima tahun berjualan uang kuno.
ADVERTISEMENT
Bahari menjelaskan uang-uang kuno itu kebanyakan ia dapat dari ibu-ibu atau nenek-nenek yang sengaja menjualnya. Seperti siang ini, ia kedatangan pelanggan yang menjual uang kertas pecahan Rp 100.
“Ada yang jual itu kebanyakan ibu-ibu atau nenek-nenek yang kebanyakan duit sudah lupa. Ibu-ibu itu nyimpen duit jago, nyimpen rahasia juga jago. Jadi dia nyimpen duit itu kelupaan saking banyaknya tuh orang nyimpen duit, enggak laku akhirnya dikorek-korek ada anak cucunya, ‘ini nenek nyimpen ini’ ya sudah jual dah. Nah itu,” ujarnya.
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Di lapak Bahari, uang tertua ialah Rp 1 yang diterbitkan tahun 1953. Namun itu bukanlah uang tertua yang ia miliki. Menurutnya ia menyimpan uang keluaran tahun 1934 dan tahun 1940 yang masih bertuliskan Batavia. Namun uang itu tidak ia letakkan di lapaknya.
ADVERTISEMENT
“Ada barangnya, tapi saya simpen enggak di sini. Sebab itu harganya mahal. Ini dagangan bisa saya tinggal entah ke wc, musala atau saya makan, ini saya tinggal. Jadi barang-barang yang harganya mahal, harganya khusus, saya simpen,” ungkapnya.
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Untuk yang ada di lapak, ia menjual mulai dari Rp 5.000 hingga jutaan rupiah untuk uang yang keluar pada tahun 1956 ataupun 1940. Menurutnya pembeli uang tersebut merupakan kolektor atau untuk dijual kembali. Ada juga yang membeli untuk mahar pernikahan.
“Pertama buat koleksi. Kedua ya mungkin jual beli. Ada yang buat mahar nikah juga. Kaya seserahan gitu,” ujarnya.
Bicara soal omzet, Bahari menuturkan pendapatannya tidak menentu. Paling besar dalam sebulan ia bisa meraup Rp 3 juta. Namun jika sedang sepi ia hanya mendapat Rp 2 juta.
ADVERTISEMENT
“Sebulan paling tinggi dapat Rp 3 juta. Paling sedikit ya Rp 2 juta sebulan. Enggak cukup kalau buat saya sendiri saja gak cukup,” tuturnya.
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jual beli uang kuno di Pasar Baru (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)