news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Pilu TKW yang Dihamili Pria Hong Kong Tak Bertanggung Jawab

10 Januari 2018 6:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemaksaan seksual (Foto: Dok. Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemaksaan seksual (Foto: Dok. Pixabay)
ADVERTISEMENT
Seorang tenaga kerja wanita (TKW), Annie (42) --bukan nama sebenarnya--, menceritakan kisah pilunya saat bekerja di Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Dilansir South China Morning Post, Minggu (7/1), kisah yang ia bagikan ini bukanlah soal penyiksaan fisik yang diterima dari majikannya. Tetapi kisah perjuangannya yang dihamili oleh seorang pria lokal setempat.
Semuanya dimulai lebih dari satu dekade lalu, kala itu dirinya menjalin asmara dengan seorang pria setempat yang ia percayai akan menjadi kekasihnya. Namun, pria yang dianggapnya sebagai orang baik itu justru membujuknya untuk bertindak lebih jauh.
"Saya tidak ingin berhubungan seks dengannya tanpa pernikahan," kenang Annie.
Meski menolak, Annie tetap melakukannya demi pria tersebut. Sejalan dengan hal itu, tak banyak yang bisa dilakukan olehnya.
Ilustrasi korban pelecehan seksual (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi korban pelecehan seksual (Foto: Pexels)
“Di Indonesia, itu tidak bisa diterima. Tapi dia bersikeras, dengan menyebut bahwa budaya di Hong Kong berbeda. Aku juga takut hamil, tapi dia meyakinkanku bahwa itu tak akan melahirkan anak. Katanya, dokter sudah memberitahunya, jadi dia menolak menggunakan kondom," tambah dia lagi.
ADVERTISEMENT
Hal yang ditakutkan Annie nyatanya terjadi, ia positif hamil. Saat mengetahui kabar bahwa Annie hamil, pria tersebut nyatanya justru pergi menjauh meninggalkannya. Tak ada lagi panggilan telepon untuk Annie. Pria itu lenyap begitu saja.
"Saya memanggilnya, memberitahunya akan kabar kehamilan saya, tetapi dia menuduh saya tidur dengan cowok lain. Tapi aku hanya bersamanya. Aku sangat kesal dan khawatir, " ujarnya.
Yang lebih merepotkan lagi adalah fakta bahwa Annie hidup sebatang kara diri di negara lain. Ia harus menghadapi ketidakpastian memiliki anak di kota asing sendirian. Kabar kehamilannya itu akhirnya diketahui oleh sang majikan.
"Majikan saya sangat marah dan kaget. Saya ditawari pilihan untuk mendapatkan aborsi di Shenzhen, tapi saya tidak setuju dengan itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Jessica Chow, direktur pekerja sosial dan perawatan kesehatan di komunitas amal Pathfinders, tak asing dengan situasi semacam itu.
"Jika keluarga di rumah tidak bisa menerima anak, kemana anak ini bisa pergi?" tanya Chow.
"Siapa yang bisa menjaganya? Ibu di sini sering didorong untuk memperpanjang visa sehingga dia bisa merawat anaknya," tambahnya.
Anak menjadi korban/perilaku kejahatan seksual. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menjadi korban/perilaku kejahatan seksual. (Foto: Thinkstock)
Padahal, kata dia, orang yang bukan penduduk lokal tak dapat memenuhi syarat untuk medapatkan layanan penitipan anak. "Mereka merasa kesepian, menghabiskan bertahun-tahun jauh dari keluarga mereka dan sangat sering suami mereka (kembali ke rumah) sudah berselingkuh," kata Chow.
Menurut laporan Pathfinders di tahun 2016, ada 88 persen anak-anak yang lahir dalam keadaan seperti itu berada di Hong Kong. Dari keseluruhananya, 48 persen adalah pencari suaka dan 52 persen adalah penduduk tetap.
ADVERTISEMENT
Annie sendiri akhirnya menerima bantuan dari seorang pastor untuk merawat anaknya selama dua tahun. Dia kini telah menemukan majikan yang baru dan berjuang di pengadilan agar anaknya dapat pengakuan dari ayahnya.
Lewat berkali-kali persidangan, pengadilan memutuksan bahwa Annie benar. Ayah anak itu pun akhirnya setuju untuk memberikan uang saku kepada putra mereka, yang akhirnya ditetapkan sebagai penduduk tetap.
Terlepas dari semua kesulitan itu, Annie masih dapat terseyum lebar saat dia membicarakan anaknya. Dia menghitung hari sampai akhirnya dapat melihat anaknya tumbuh dewasa.