news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Pramugari Garuda Selamat dari Gempa: Kami Istigfar Sambil Nangis

2 Oktober 2018 15:40 WIB
comment
24
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melihat rumah yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga melihat rumah yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kejadian gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, menimbulkan ribuan korban. Mereka yang selamat berbagi kisah perjuangannya, salah satunya Tria Aditia pramugari Garuda Indonesia. Dia berhasil menyelamatkan diri dari goncangan gempa dan tsunami di Palu.
ADVERTISEMENT
Pada (28/9) lalu, ia menginap di Mercure Hotel, Palu. Tria tidak sendiri, ia bersama kru pesawat lain. Sebelumnya, ia sudah diberitahu oleh kru lainnya untuk berhati-hati sebab sudah terjadi empat kali gempa.
Tria menganggap semua akan baik-baik saja. Tria sekamar dengan temannya yang juga pramugari. Namun saat dia akan beristirahat pada pukul 18.00 Wita. Tiba-tiba kamar dan seluruh isi ruangan berjatuhan akibat gempa yang kuat.
“Kami berdua cuma istigfar sambil menangis minta pertolongan. Kaca kamar mandi pecah, gelas-gelas jatuh pecah semua. Gempa 7,7 SR yang singkat itu enggak bisa angkat badan sendiri untuk berdiri,” jelas Tria pada Instagram Story-nya.
Tria dan temannya sedikit bernapas lega saat gempa itu berhenti sejenak. Langsung Tria segara keluar kamar, dan keadaan di luar sudah sebagian runtuh. Untungnya, ia bertemu dengan dua orang bapak-bapak yang mau membantu mereka.
Tria Aditia, pramugari yang selamat dari tsunami di Palu. (Foto: Instagram @riaudtr)
zoom-in-whitePerbesar
Tria Aditia, pramugari yang selamat dari tsunami di Palu. (Foto: Instagram @riaudtr)
“Kami berdua kaget, plafon di luar kamar sudah runtuh, yang kami lihat cuma asap putih. Di sebrang kamar ada suara bapak-bapak dua orang. Kami cepat minta dibantu keluar,” katanya.
ADVERTISEMENT
Saat itu Tria berpikir bahwa dia tidak punya siapa-siapa. Keluarga yang ia punya saat itu adalah orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri bersamanya. Ia berusaha untuk tak terpisah dari mereka.
“Aku cuma berpikir satu-satunya keluarga yang aku punya di sini, cuma teman sekamarku, dan aku enggak boleh pisah sama mbak Kartika,” ucap Tria.
Ia dan lima orang lainnya terus berusaha menyelamatkan diri. Mereka kelimpungan mencari jalan keluar, mereka sempat terjebak dalam pintu darurat. Sebab semakin mereka memaksanya untuk terbuka, akan runtuh atap di atas mereka.
Seorang bapak berusaha memikirkan jalan keluar. Akhirnya mereka menemukan jalan keluar dan menuju rooftop. Mereka harus loncat ke bawah sekitar 8 meter, untungnya ada besi yang bisa membantu mereka untuk turun.
ADVERTISEMENT
Sampai di rooftop Tria melihat teman sekamarnya berlari menuju arah lain, saat Tria ingin menyusul, ia malah diteriaki untuk kembali sebab akan ada tsunami.
Kondisi di Petobo, Palu, yang hancur akibat gempa bumi. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi di Petobo, Palu, yang hancur akibat gempa bumi. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
Tsunami Datang
Tak pernah Tria mendengar suara ombak kencang dan gemuruh seperti itu. Saat itu adalah momen yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya.
“Enggak pernah aku dengar suara gemuruh ombak sekencang itu. Jujur aku takut banget, aku meninggal di tempat yang enggak akan ada seorang pun (mungkin) ngenalin jenazahku,” tutur Tria.
Air pun berhenti datang, arus air sudah tenang. Tria dan lainnya masih berada di rooftop bertahan di pondasi yang menurut mereka aman. Tria sempat melihat jenazah perempuan dengan kondisi mengenaskan, terbawa arus air.
ADVERTISEMENT
Ketika datang tsunami susulan dengan ombak kecil, dan gempa yang mengguncang. Ia melihat hotel yang tadinya ia tempati bergeser saking kuatnya gempa. Tria menangis ketakutan, dan ada seseorang yang mengingatkannya untuk terus berdoa.
“Aku lihat bangunan hotel dari luar, bergeser ke kanan dan ke kiri. Aku cuma bisa minta Allah hentikan, aku enggak bisa ke mana-mana, aku enggak berani ke mana-mana, aku cuma bisa nangis ketakutan, aku bingung, aku harus bagaimana. Ada bapak namanya Pak Dian suruh aku berdoa, cuma doa yang bisa aku lakukan,” katanya.
Tidak berhenti sampai di situ, tsunami kembali datang. Setelah gempa susulan terdengar lagi gemuruh ombak. Pak Dian dan staff hotel, yang bersama Tria, mendapat tangga untuk memanjat ke rooftop yang lebih tinggi lagi.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai di rooftop yang lebih tinggi, dan lebih sempit. Di situ Tria bertemu teman-teman kru lainnya. Ternyata sebelumnya ia dianggap hilang.
"Ternyata aku sempat dikabarkan hilang,” pungkas Trie.