Kisah Siti Anisa Bodyguard Perempuan: Lawan Arus Demi Nafkahi Keluarga

14 Maret 2019 10:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bodyguard wanita. Foto: Fitra Andrianto dan Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bodyguard wanita. Foto: Fitra Andrianto dan Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
"Halo saya Anisa", sapanya sembari ia melempar senyum kecil dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan tim kumparan yang lebih dulu menunggu di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Menggunakan pakaian serba hitam mulai dari kaus, celana hingga sepatu pantofel, Anisa duduk di sebuah kursi dengan tangan bersedekap. Sorot matanya yang tajam membuat ia terlihat elegan sekaligus sedikit menakutkan.
Kesan kaku bercampur nuansa tegang terjadi di awal pertemuan. Secara fisik memang ia tak seperti perempuan biasanya, badannya cukup kekar, dengan bahu lebar dan tinggi badan sekitar 170 centimeter. Ia juga memiliki potongan rambut sebahu yang membuat ia tampak seperti lulusan Akademi Militer.
Tahun 2013 silam merupakan titik awal karier perempuan bernama lengkap Siti Anisa itu. Dia menjajal profesi yang terbilang belum lazim bagi kaum hawa kebanyakan yakni bodyguard perempuan.
Siti Anisa, bodyguard wanita. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tingginya permintaan pasar akan jasa pengamanan perempuan membuat banyak perusahaan jasa pengamanan merekrut perempuan-perempuan untuk dijadikan bodyguard.
ADVERTISEMENT
Awalnya Anisa bekerja sebagai satpam lewat perusahaan jasa di sebuah mal di Jakarta, ia tak pernah berpikir bekerja sebagai bodyguard hingga kemudian roda kehidupan berputar ketika perusahaan merekrutnya untuk bergabung dalam tim bodyguard spesialis perempuan.
"Awalnya tidak pernah terpikir jadi bodyguard yang spesial, ternyata klien banyak menginginkan pengawalan dari seorang bodyguard perempuan, kemudian dari perusahaan saya direkrut dan dididik sebagai bodyguard spesial female," ujar Anisa kepada kumparan, Selasa (12/3) di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Ilustrasi Bodyguard wanita. Foto: Fitra Andrianto dan Putri Sarah Arifira/kumparan
Keputusan memilih pekerjaan yang tergolong berisiko ini, membuat Anisa harus melewati proses panjang pendidikan bodyguard. Meski sempat ditentang oleh keluarga, namun ia tetap memutuskan untuk memilih pekerjaan tersebut.
Setiap keputusan tentu selalu memiliki risikonya, dia harus rela sebagian besar waktunya direnggut untuk mengikuti sekolah bodyguard. Anisa yang menjadi orang tua tunggal ini juga harus rela kehilangan waktu untuk merawat kedua putranya yang masih berumur 10 dan 4 tahun.
ADVERTISEMENT
Menjadi bodyguard perempuan bukanlah hal mudah, selain ditentang oleh keluarga sendiri, Anisa juga harus banting tulang untuk melatih kemampuannya. Mulai dari seni bela diri, latihan fisik dan mental hingga belajar teori pengamanan yang akrab disebut Close Protection Private.
"Awalnya saya dulu juga mengikuti sekolah security kemudian setelah itu bergabung di spesial bodyguard, belajar combat art dan muangthai hingga saat ini," ujarnya.
Siti Anisa, bodyguard wanita. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perlahan tapi pasti, Anisa semakin menikmati perannya sebagai bodyguard perempuan. Ia juga semakin terbiasa berhadapan dengan orang-orang banyak saat mengawal seseorang.
Kemampuanya juga semakin terasah, ilmu bela diri yang ia miliki kian mumpuni sehingga semakin memantapkan langkahnya untuk menggeluti pekerjaan tersebut.
Dalam sebuah pengawalan Anisa bekerja secara tim. Biasanya tim tersebut terdiri dari 3 sampai 4 orang. Sehari sebelum pengawalan ada tim yang bertugas melakukan pemetaan area kunjungan klien hingga menyiapkan seluruh rencana transportasi, dan mekanisme pengawalan. Sementara Anisa fokus pada pengawalan di hari H.
ADVERTISEMENT
Biasanya Anisa bekerja dalam kurun waktu 10 sampai 12 jam sehari. Dia pernah dikontrak untuk melakukan pengawalan paling cepat 4 hari, dan paling lama 7 bulan. Kontrak tersebut ada dalam kesepakatan yang disetujui oleh pihak manajemen Anisa dan pihak klien
Sejak tahun 2013 hingga saat ini, berbagai klien dari lintas profesi sudah pernah memakai jasa Anisa. Mulai dari istri pejabat, artis dan pengusaha pernah ia dampingi.
Puncak terbesar kariernya adalah saat ia dipercaya mendampingi para Miss World di Bali tahun 2013 silam.
Bukan hanya mengawal perempuan, Anisa juga pernah dipercaya untuk melakukan pengawalan grup band ternama di Indonesia dalam sebuah konser musik.
Mengawal publik figur seperti artis baginya memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika publik figur itu memiliki banyak fans. Dalam kondisi ini, ia bersama tim harus fokus mengawal.
Ilustrasi latihan militer. Foto: Shutterstock
Dalam setiap pengawalan Anisa selalu membekali diri dengan sebuah pulpen untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Berbekal insting dan ilmu bela diri, tak hanya pulpen, benda apa saja yang ada di area sekitar pengamanan bisa dijadikan ‘senjata’ bela diri.
ADVERTISEMENT
"Saya bekerja biasanya minimal saya bawa satu pulpen, tidak dibekali senjata karena kita bertindak preventif jadi dengan kondisi apapun saya bisa mempergunakan hal-hal yang tidak duga kalau itu bisa jadikan jadi senjata. Misalnya ada koran saya gunakan untuk mukul terus pulpen kita gunakan melumpuhkan dan apa yang ada di sekitar kita gunakan untuk melumpuhkan hanya melumpuhkan,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh mantan bodyguard kawakan, Erby Dwitoro, yang juga tergabung satu manajemen dengan Anisa di P1 Force. Erby menyebut pulpen atau pensil biasanya menjadi alat alternatif utama untuk melumpuhkan orang yang dinilai mengganggu dan berbahaya bagi klien.
Manager P1 Force, Erbi Dwitoro. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Itu nantinya bisa melumpuhkan orang dengan cara ditusuk di bagian leher persis di bawah rahang atau bagian mata," ujar bodyguard yang pernah mengawal Justin Bieber dan Cristiano Ronaldo ini.
ADVERTISEMENT
Dunia pekerjaan bodyguard membuat setiap orang di dalamnya harus siap bertarung bahkan bertaruh nyawa untuk menjamin keselamatan orang lain. Hal ini sedikit menimbulkan rasa khawatir setiap kali Anisa mengawal klien. Namun, hingga saat ini ia mengaku belum pernah mengalami insiden yang tidak diinginkan selama ia bekerja.
Tantangan terberat malah bukan soal pekerjaan, bagi Anisa cibiran tetangga soal pekerjaannya justru menjadi tantangan terberatnya saat ini. Banyak tetangga mempertanyakan pekerjaannya, apalagi jam kerja yang tidak menentu membuat Anisa dipandang sebelah mata.
"Kalau tetangga saya awalnya itu tidak percaya karena saya pulang malam, mungkin mereka berpikir sebelah mata, tapi ketika ada hasilnya dan mereka lihat, mereka tidak lagi berpikir negatif apalagi spesial bodyguard. Mereka seperti itu, mereka bilang pulangnya malam, apa sih yang dikerjain gitu," ujarnya
Infografik Bodyguard Perempuan Foto: Putri Arifira/kumparan
Kerasnya kehidupan dunia bodyguard membuat perempuan berusia 31 tahun ini terus berjuang untuk melakoni pekerjaanya. Penampilan elegan dan kesan sangar saat bekerja hanyalah sampul depan lembar kehidupannya, tak jarang sifat keibuan itu bisa muncul di tengah-tengah ia sedang bekerja saat ia merindukan momen bersama kedua anaknya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengobati rasa rindu, ia sesekali mencuri waktu melepaskan semua kerinduan terhadap kedua putranya lewat telepon.
“Dulu pernah nangis tapi ya bagaimanapun caranya supaya dia tidak kangen terhadap saya, kita ajak bicara kita kasih pengertian dengan baik sampai dia ngerti dan bisa terhibur lah bahwa ibunya sedang tugas,” pungkasnya.
Di bawah bendera manajemen P1 Force, Anisa kini menggantungkan rezeki. Kendati jasa bodyguard perempuan masih tergolong baru di Indonesia ia yakin pekerjaan ini akan bisa menghidupi keluarga dan merupakan pekerjaan mulia baginya.
Simak story lain tentang kisah para bodyguard perempuan di topik Bodyguard Perempuan