Klaim vs Fakta Dwi Hartanto

9 Oktober 2017 20:08 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Klaim vs Fakta Dwi Hartanto (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Klaim vs Fakta Dwi Hartanto (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seolah putaran roda, nama Dwi Hartanto yang sebelumnya berada di atas kini berada di bawah. Dwi, sapaan akrabnya, sebelumnya diberitakan oleh sejumlah media sebagai orang Indonesia yang pernah memenangkan kompetisi tingkat dunia. Lelaki 35 tahun asal Yogyakarta itu disebut-sebut sebagai ilmuwan di bidang aerospace engineering yang kini menjadi assistant professor di TU Delft.
ADVERTISEMENT
Sebutan dan prestasi itu diklaim sendiri oleh Dwi ketika diwawancarai oleh sejumlah media, baik cetak, daring, maupun televisi. Kepada kumparan, Dwi juga mengaku hal yang sama terkait prestasi-prestasi tersebut.
Pada Agustus 2017 kumparan berhasil menghubungi Dwi melalui surel. Ia mengatakan dirinya sedang dipercaya menjadi Technical Director di Airbus Defence and Space, dan Technology Lead di Spacecraft Research and Technology Centre Badan Antariksa Eropa (ESA). Secara percaya diri ia mengatakan bahwa dirinya sedang mengerjakan proyek-proyek sensitif terkait national security negara-negara lain.
Sebelum artikel hasil wawancara panjang itu kumparan publikasikan, Dwi secara tiba-tiba menuliskan dalam surel terakhirnya, “Berhubung saya sedang mendapat musibah dan cobaan, saya minta tolong dengan sangat untuk meng-cancel saja semua artikel tentang saya. Mohon maaf yang sebesar-besarnya."
ADVERTISEMENT
Awal Oktober 2017 ini publik, termasuk kumparan, dikejutkan oleh Surat Klarifikasi dan Promohonan Maaf dari Dwi Hartanto. Dalam surat tertanggal 7 Oktober 2017 itu, Dwi menjelaskan segala kebohongan yang telah ia buat dan hal-hal yang benar mengenai dirinya.
Apa saja kebohongan dan kebenaran soal Dwi? Marik simak infografis di bawah ini.
Klaim vs Fakta Dwi Hartanto (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Klaim vs Fakta Dwi Hartanto (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Pada bagian akhir surat klarifikasi tersebut, Dwi menuliskan:
Sebagai penutup, sekali lagi saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi tidak benar terkait pribadi, kompetensi, dan prestasi saya.
Saya mengakui dengan jujur kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya framing, distorsi informasi atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya. Saya sangat berharap bisa berkenan untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu saya berjanji:
1. Tidak akan mengulangi kesalahan/perbuatan tidak terpuji ini lagi,
2. Akan tetap berkarya dan berkiprah dalam bidang kompetensi saya yang sesungguhnya dalam sistem komputasi dengan integritas tinggi,
3. Akan menolak untuk memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kompetensi saya sendiri, utamanya apabila saya dianggap seorang ahli satellite technology and rocket development, dan otak di balik pesawat tempur generasi keenam.
Klarifikasi ini saya sampaikan dan tanda tangani atas kesadaran sepenuhnya dari diri saya tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Saya juga ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat alumni dan mahasiswa TU Delft yang telah mengutamakan pendekatan persuasif dalam menyelesaikan permasalahan ini, dan telah berperan aktif membantu memfasilitasi saya dalam melakukan klarifikasi.
ADVERTISEMENT
Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum.
Namun, tentunya, masa depan Dwi Hartanto bukannya telah tamat dengan kejadian ini. "Janganlah kita kemudian menghakimi, tetapi kita arahkan dan berikan kesempatan. Jalan karier Dwi masih panjang, mari kita tegur dan kita bant ke arah yang baik," kata Dirjen SDM Iptik Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Senin (9/10).