KLB Keracunan di Bogor karena Air dan Pengolahan Tutut Tak Bersih

13 Juni 2018 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waspada tutut beracun (Foto: Sabryna Putri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waspada tutut beracun (Foto: Sabryna Putri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Bogor Farida menjabarkan hasil lab tutut beracun yang menyebabkan 108 warga Kampung Sawah, Tanah Baru, Bogor, Jawa Barat, menderita keracunan pada Jumat (25/5).
ADVERTISEMENT
Dari hasil lab tersebut, ditemukan kuman shigella, bakteri e coli dan salmonella pada sampel tutut serta air sumur yang digunakan untuk memasak.
"Hasilnya sesuai dengan inspeksi kesehatan kita memang dari sumur rumah tersangka. Jadi jarak sumur dan septic tank itu kurang dari 2 meter sehingga memang hasilnya kelihatan kalau bakteri e coli-nya cukup tinggi," ujar Farida saat ditemui kumparan pada Kamis (31/5) di Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat.
Selain itu, Farida mengungkapkan bakteri e coli bisa menyebabkan penyakit disentri bagi penderita keracunan. Terlebih lingkungan dapur yang kurang bersih membuat bakteri mudah berkembang biak sehingga membahayakan kesehatan.
Sebagai antisipasi, Dinas Kesehatan Kota Bogor telah melatih dan memberikan imbauan kepada pedagang makanan dan warga untuk memperhatikan kesehatan dan kebersihan alat, bahan, juga lingkungan ketika memasak.
ADVERTISEMENT
"Semua jenis makanan kalau sanitasinya tidak baik juga akan berakhir seperti ini. Sudah melatih ke beberapa orang seperti pedagang, guru juga sertifikasi kesehatan kepada pelaku jasa boga. Kita latih dengan memasak dengan higienis seperti proses pencucian alat, makanan, bakteri dan sebagainya," lanjut Farida.
Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes, Farida  (Foto: Lolita Claudia/kumpaean)
zoom-in-whitePerbesar
Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes, Farida (Foto: Lolita Claudia/kumpaean)
Farida berharap dengan adanya pelatihan dan imbauan, masyarakat bisa memahami pentingnya ilmu memasak yang baik dan benar demi kesehatan bersama.
Meski peristiwa keracunan tersebut disebabkan oleh tutut, Farida tidak melarang warga untuk membeli dan menyantap tutut, asalkan dengan cara memasak yang baik dan benar.
"Enggak ada imbauan stop makan tutut, tutut mengandung protein tinggi. Ini kan karena proses memasaknya. Jadi bukan tututnya, takutnya kalau seperti itu kan banyak penjual tutut yang enggak laku. Memang kalau makan jenis-jenis kerang-kerangan kita harus hati-hati ya," ujar Farida.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Farida memberikan tips kepada masyarakat bagaimana cara mengolah tutut yang sesuai dengan standar kesehatan.
"Kalau tutut yang jelek kan biasanya bau, retak cangkangnya. Tutut yang baik itu masih hidup dan segar. Kita juga harus perhatikan memasaknya, kan dia hewan air, jangan dibiarkan mati kalau mati akan terjadi proses pembusukan," tutur Farida.
Masakan hasil olahan tutut (Foto: IG @omamuda )
zoom-in-whitePerbesar
Masakan hasil olahan tutut (Foto: IG @omamuda )
Farida mengungkapkan, saat mencuci tutut sebaiknya menggunakan air yang mengalir dan berasal dari PDAM. Apabila menggunakan air sumur, warga diminta untuk memperhatikan jarak sumur dengan septic tank, dan harus dalam kondisi tertutup.
"Kalau tidak ada PDAM bisa ke Puskesmas untuk meminta kaporit jadi dipastikan sumurnya bersih," lanjut Farida.
Sebelumnya, Selasa (29/5), korban keracunan tutut mencapai 108 orang dan dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan. Bahkan Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan kasus keracunan tutut ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun kini, lebih dari 90 warga korban keracunan sudah dibolehkan pulang, dan status KLB pada kasus tersebut telah dicabut sejak Jumat (1/6).
ADVERTISEMENT
Setelah ditelusuri, tutut beracun tersebut dibuat oleh warga Kampung Sawah RW 07 berinisial Y yang dititipkan ke warung-warung dekat rumahnya. Karenanya, Polresta Bogor menetapkan Y si pembuat tutut, S pemilik warung, dan J penjaga warung, sebagai tersangka atas kasus KLB tersebut.
Kandungan Nutrisi Tutut (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kandungan Nutrisi Tutut (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
Ikuti terus perkembangan informasi tutut dalam topik khusus Tutut Beracun.