Konten Spesial: Polusi Mencekik Jakarta

KLHK: Greenpeace Keliru Sebut Udara Jakarta Buruk

25 April 2019 12:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial: Polusi Mencekik Jakarta. Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial: Polusi Mencekik Jakarta. Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Nada suara Dasrul Chaniago tiba-tiba meninggi. Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini tak terima dengan tudingan Greenpeace Indonesia bahwa polusi udara di Jakarta memburuk setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Ia mempertanyakan dasar argumen itu. Hitung-hitungan alat ukur yang digunakan KLHK, menurutnya, menunjukan hasil yang bertolak belakang. kumparan awalnya mengajukan permohonan wawancara ke Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, M. R. Karliansyah untuk membahas polusi di Jakarta.
Beralasan sedang berada di Roma, Italia, Karliansyah merekomendasikan kami bertanya ke Dasrul. Wawancara akhirnya dilakukan melalui sambungan telepon, karena di saat yang bersamaan Dasrul juga tengah berada di luar kota.
Dasrul menjelaskan beberapa hal terkait polusi udara di Jakarta. Dia juga menanggapi soal dugaan kontribusi PLTU di Jawa Barat dan Banten terhadap tingginya polutan jenis PM2,5 di Jakarta. Partikulat itu dianggap paling berbahaya karena tanpa disadari bisa memicu gangguan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dasrul meminta beberapa pernyataannya tak dikutip. Berikut petikan wawancaranya:
Benarkah kualitas udara di Jakarta semakin memburuk setiap tahunnya?
Itu menurut siapa? Seharusnya dia punya grafik tren semakin parah atau tidak begitu. Saya harus koreksi itu dulu. Punya tidak mereka trennya? Jangan-jangan semakin membaik. Kalau tidak punya grafik trennya, ya jangan bicara semakin parah. Kalau menurut saya tren di Jakarta itu membaik bukan parah. Kami punya data tren, punya alat pemantau, DKI juga punya alat pemantau dari lima, enam tahun yang lalu. Enam tahun yang lalu misalnya, udara baik di Jakarta itu cuma empat hari, sekarang udara baik itu 34 hari di 2018, sehatnya 189 hari. Jadi kalau 365 kurang 189, sisanya sedang dan baik.
ADVERTISEMENT
Tanggapan KLHK terkait adanya gugatan citizen law suit akibat pencemaran udara di Jakarta?
Gugatan itu dijamin UU. Masyarakat punya hak gugat, pemerintah juga punya hak gugat. Undang-undang menjamin itu, karena kita memang negara demokrasi. Pemerintah pun dijamin UU punya hak gugat terhadap kerusakan. Masyarakat juga punya legal standing istilahnya. Jadi ya tanggung jawab bersama. Bukan berarti misalnya Manado bagus, Aceh bagus, itu sama kita (DKI) juga berusaha jangan sampai naik (semakin buruk kualitas udaranya). Yang sudah terlanjur sudah lebih tinggi daripada daerah-daerah seperti kota besar, metropolitan, kita terus coba perbaiki.
Artinya kualitas udara Jakarta membaik berdasarkan alat pantau KLHK?
Alat ukur kualitas udara. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Memang kalau KLHK taruh (alat pemantau) sebelum Asian Games. Memang kepentingan awalnya untuk Asian Games. Kalau DKI kan sudah lama. 2009 dulu sudah pasang alat di Gambir, kemudian karena termakan waktu diganti, dipasang lagi lima oleh DKI. Jadi dari 2009 itu kondisinya ke sini itu hari baik dan hari sedang terus naik. Karena dulu orang mungkin tidak terlalu peduli, dia tiba-tiba tahu 2018 kami ekspos seolah-olah semakin parah, dasarnya enggak ngerti terus ngomong. Jadi yang dibilang unhealthy itu untuk orang yang memang sensitif, bukan berarti kondisinya kuning terus itu bagi orang jadi penyakit. Kalau memang dia asma turunan suatu saat mungkin dia kondisinya lemah, dia jadi sensitif.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan pemantauan partikulat PM2,5?
Kami memantau dengan semua parameter, PM10, PM2,5, SO2, NO2, Hidrokarbon, Ozone, bukan hanya PM2,5 yang kami pantau. Kalau kedubes (Amerika Serikat) itu cuma PM2,5. Kami punya PM2,5, kedubes juga punya. Sementara kami punya enam parameter lagi. Kami jauh lebih lengkap dibandingkan kedubes.
Infografik Mengenal PM2,5 Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Ada perbandingan hasil pantauan kualitas udara yang menggunakan alat kedubes Amerika dengan yang digunakan KLHK?
Enggak ada perbedaan, kalau persis sama enggak mungkin karena tempatnya enggak berkumpul. Kedubes dekat patung Tugu Tani, satu di daerah Hang Lekir sana. Sementara kami di GBK ya enggak mungkin sama, kalau sama justru aneh tempatnya saja berbeda. Kalau mirip ya pasti mirip, kalau sama tidak mungkin kecuali alatnya digandeng dua-duanya. DKI juga punya di Kelapa Gading, di Jakarta Barat, di Lubang Buaya, di Jakarta alat itu sudah ada 8.
ADVERTISEMENT
Kedutaan Amerika itu dengan alat yang digunakan KLHK sama saja. Jadi saya mau meluruskan pernyataan semakin buruk tadi, mereka punya enggak data dari tahun sebelum-sebelumnya? Jadi yang mereka punya kan 2018 atau 2017. Mereka tahu tidak tahun 2010 misalnya? Jadi kalau statement semakin buruk ya keliru, yang dilihat cuma satu data, itu pun data kami yang diambil bukan kedubes, kan kami yang ekspos.
Ilustrasi PLTU. Foto: AFP/ BAY ISMOYO
Greenpeace mengatakan kadar PM2,5 di Jakarta tinggi karena ada beberapa PLTU di Jawa Barat dan Banten?
Mungkin tidak semua PLTU itu asapnya ke Jakarta? Masak iya, dari Indramayu, dari Sukabumi lariya ke Jakarta semua? Kalau orang baru lari ke Jakarta semua, karena Jakarta itu menarik, belanjanya, malnya segala macam. Kan aneh-aneh saja logikanya. 70% permasalahan udara di Jakarta itu karena kendaraan bermotor.
ADVERTISEMENT
Saya tahu lari mereka tapi tidak perlu saya sampaikan ke wartawan. Tahu saya itu maksudnya, kemana larinya. Jadi enggak usah bersembunyi di balik-balik itu, enggak perlu saya ungkap.
Jadi tidak benar keberadaan PLTU itu berbahaya bagi Jakarta?
Kadang-kadang terlalu dramatisir. Kemudian ada lagi nih, ada dari penelitian Universitas Chicago, barusan saya dapat WA dari teman ITB, benar tidak seperti ini? Kamu lihat saja benar tidak Jakarta seperti ini? Jadi diambilnya foto ketika mungkin hari gelap, memang cuaca lagi mau hujan, kan serem tuh, seolah-olah itu kabut. Kondisi Jakarta itu kan suatu saat ketika angin tidak ada kan memang gelap. Jadi Jakarta itu November sampai April udaranya sangat bagus. Mulai Mei sampai Oktober mungkin karena pengaruh angin segala macam, kondisinya tidak bagus.
ADVERTISEMENT
Penyumbang polusi terbesar di Jakarta?
Ilustrasi Orang Pakai Masker. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
70% pencemaran kota besar itu kendaraan bermotor. Pulau Jawa itu 62% sepeda motor, truk itu ada di Pulau Jawa. Di Kalimantan pun cuma 5%. Di Sulawesi 5%, itu terbukti. Misalnya di Manado, PM2,5 nya hanya 10 dibanding di Jakarta 30an misalnya. Apakah di daerah Sulawesi tidak ada PLTU? Banyak. Jangan dipaksakan bahwa ini satu-satunya pencemar, bahwa semua PLTU larinya ke Jakarta, ya sekalian saja PLTU yang di Manado lari ke Jakarta juga. Kalau yang di Jakarta misalnya di Priok kan ada PLTU, itu gas semua itu. Yang batu bara memang ada yang di Cirebon, Banten, Indramayu. Dia bilang kami punya model, saya juga punya model yang dibuat oleh dosen ITB. Problem yang sering (indikator) kuning di Jakarta itu sebenarnya dari ozon. Cuma ozonnya tidak bisa dikomplain orang karena memang dia akibat pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Faktor apa yang membuat kualitas udara di Jakarta semakin membaik?
Dulu itu dari tahun 1990-an sampai tahun 2006 kita pakai bensin masih ada timbalnya. Tahun 2007 sudah tidak ada pakai timbal, masuk euro 2. Muncul namanya organisasi Komisi Penghentian Bensin Bertimbal (KPBB) itu awalnya tahun 1990. Sekarang kita masuk ke euro 4 masak iya semakin parah? Dari mana ceritanya? Dulu kita bensinnya bertimbal, kemudian tanpa timbal, kemudian tahun 2007 masuk euro 2 yang maksimum kandungan sulfur dalam bensin dan solar 500. Sekarang kita masuk euro 4, kandungan sulfur maksimum 50 ppm. Dari mana mereka bisa ngomong semakin parah? Ngomongnya tidak berdasar.
Solusi untuk mengurangi pencemaran udara di Jakarta?
Transportasi massal kita sedang membangung itu. MRT, LRT, Busway, Commuter dan segala macam. Kemudian sedang diusahakan sudah integrasi sekarang. DKI juga sedang membangun pedestrian sehingga sistem transportasi nonmotorized itu ditingkatkan. Jarak pendek orang tidak perlu naik angkot lagi, naik motor, kopaja. Bisa jalan kaki karena torotoarnya nyaman, itu kan juga sudah dimulai. Kalau dari kami membuat dan menerapkan standar emisi euro 4 untuk kendaraan bermotor. Mulai September 2018 mobil baru yang diproduksi bahan bakarnya harus pertamax turbo. Mereka yang protes itu beli mobil baru dia pakai pertamax turbo apa tidak? Mereka menggugat, mereka ikut mencemari juga kok.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten