news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

KNKT Duga Kapal Dishub DKI Meledak karena Gunakan Mesin Tempel

23 April 2018 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Dishub meledak di Kepulauan Seribu. (Foto: Dok. Damkar Jakarta Utara)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Dishub meledak di Kepulauan Seribu. (Foto: Dok. Damkar Jakarta Utara)
ADVERTISEMENT
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono turut berkomentar mengenai kejadian meledaknya kapal milik Dinas Perhubungan DKI Jakarta di dermaga Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Minggu (22/4).
ADVERTISEMENT
Menurut Soerjanto, kejadian serupa sudah terjadi berulang kali di berbagai daerah. Penyebabnya karena masih banyak kapal yang menggunakan mesin tempel.
"Mereka itu kapal-kapal pakai mesin tempel, tangki bensinnya di dalam kapalnya, di bawah deknya. Itu banyak di Ternate, di Tarakan, di Riau, di Papua," kata Soerjanto saat dihubungi, Senin (23/4).
KNKT mengaku belum berkoordinasi dengan Dishub DKI terkait investigasi penyebab terjadinya ledakan kapal. Tetapi dari pengalaman sebelumnya, ia menduga penyebabnya adalah karena bensin yang terkumpul di dalam mesin tempel itu keluar dan mengenai kabel listrik.
"Pas kena ombak bensinnya keluar dari tangkinya jadi basah, terus bensin terkumpul di dalam, di bawahnya dek itu. Terus nanti suatu saat ketika ada percikan api, entah dari kabel listrik, dari tangkinya, relay atau apa. Di dalamnya banyak listrik-listrik juga," ucap Soerjanto.
ADVERTISEMENT
Soerjanto menyayangkan masih ada pemilik kapal yang tidak telaten dan disiplin dalam mengurus kapalnya. Ada kapal yang masih membuang bensin sembarangan.
"Kita kan ngeliat kalau orang kita menghandle bensin itu tidak disiplin, cenderung agak sembarangan. Terkadang buang bensin terus tumpah-tumpah. Itu nyelip, dimasukan di geladak kap kapal, di ruangan itu. Kalau ada api meledak," lanjut dia.
Kapal Dishub meledak di Kepulauan Seribu. (Foto: Dok. Damkar Jakarta Utara)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Dishub meledak di Kepulauan Seribu. (Foto: Dok. Damkar Jakarta Utara)
Sedangkan untuk menghindari kejadian serupa, KNKT telah memberikan beberapa rekomendasi kepada Kementerian Perhubungan. Salah satunya merekomendasikan agar kapal bermesin tempel diganti dengan diesel.
"Salah satu solusinya ke depan kita menginginkan untuk kapal-kapal yang dipakai untuk angkut penumpang, mungkin 12 orang (penumpang) ke atas nanti diwajibkan pakai diesel," ujar Soerjanto.
Meskipun sedikit lebih mahal dan lambat, ia menyebut kapal bermesin diesel lebih aman dari kapal dengan mesin tempel. Selain itu, Soerjanto mengklaim biaya operasionalnya juga lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Pakai diesel cuma 20 knot, maksimum 25 knot tapi yang penting selamat. Biaya operasionalnya jauh lebih murah. Tapi orang kita pengennya cepat, kencang sampai kapalnya ngangkat gitu, enggak lihat bahayanya. Nah, kita harus lihat budaya kita sendiri," tutupnya.