Koalisi Partai Arab Bakal Tendang Netanyahu dari Jabatan PM Israel

23 September 2019 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koalisi Partai Arab di Israel, Joint List, merebut suara ketiga terbanyak dalam pemilu. Foto: AFP/MENAHEM KAHANA
zoom-in-whitePerbesar
Koalisi Partai Arab di Israel, Joint List, merebut suara ketiga terbanyak dalam pemilu. Foto: AFP/MENAHEM KAHANA
ADVERTISEMENT
Kejutan terjadi pada pemilu Israel 2019. Koalisi partai Arab, Joint List, mendapat kursi terbanyak ketiga dan berpeluang menendang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari jabatannya.
ADVERTISEMENT
Joint List berisi empat partai Arab yaitu Partai Balad, Hadash, Ta'al dan United Arab List. Dari 120 kursi yang diperebutkan Koalisi Joint List merebut 13 kursi.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/Amir Cohen
Suara Joint List hanya tertinggal dari Partai kanan pimpinan Netanyahu, Likud, dan partai tengah Blue and White yang diketuai eks Panglima Militer Israel, Benny Gantz.
Dengan perolehan suara tersebut, Koalisi Joint List menyatakan mereka mendukung Gantz untuk menjadi PM Israel selanjutnya menggantikan Netanyahu.
Pemimpin Koalisi, Ayman Odeh. Foto: AFP/AHMAD GHARABLI
Pemimpin Koalisi Joint List Ayman Odeh menegaskan opsi memilih Gantz lantara selama Netanyahu berkuasa tokoh sayap kanan itu mengangkat isu rasialisme terhadap populasi Arab.
Odeh mengatakan, sebenarnya mereka tidak mendukung kebijakan Gantz. Namun, saat ini yang harus dilakukan adalah mencegah Netanyahu kembali berkuasa.
ADVERTISEMENT
"Di politik Israel selama Netanyahu berkuasa, kami dianggap ilegal," sebut Odeh saat bertemu Presiden Israel Reuven Rivlin seperti dikutip dari AFP, Senin (23/9).
Koalisi Partai Arab di Israel, Joint List, merebut suara ketiga terbanyak dalam pemilu. Foto: AFP/MENAHEM KAHANA
"Kini kami mendukung Benny Gantz untuk membentuk pemerintahan selanjutnya," sambung dia.
Seorang anggota parlemen Joint List Ahmad Tibi, mendukung rencana koalisinya itu. Menurutnya, saat ini merupakan waktu tepat demi membuat Netanyahu tak lagi jadi PM.
"Sejarah sudah selesai. Kami lakukan apa yang kami butuhkan untuk menurunkan Netanyahu," papar Tibi.
Koalisi Partai Arab di Israel, Joint List, merebut suara ketiga terbanyak dalam pemilu. Foto: AFP/MENAHEM KAHANA
Selama dua dekade lebih koalisi Arab di Israel tak pernah mendukung pencalonan Perdana Menteri. Terakhir hal ini mereka lakukan pada 1992 lalu saat menyatakan dukungan terhadap eks PM Yitzhak Rabin.
Sementara itu, penghitungan suara pemilu Israel masih memperlihatkan persaingan ketat antara Blue and White dan Likud. Blue and White memperoleh 33 kursi dan Likud 31.
ADVERTISEMENT
Tak adanya suara mayoritas, membuat parpol Israel mesti berkoalisi untuk membentuk pemerintah. Presiden Rivlin juga mendorong agar Likud dan Blue and White untuk membentuk koalisi bersama.