Kondisi SMP Joni si Pemanjat Tiang Bendera Mengenaskan

19 Agustus 2018 8:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joni (Tengah) tiba di Kemenpora (Foto: Jamal Ramdhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Joni (Tengah) tiba di Kemenpora (Foto: Jamal Ramdhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Berkat aksi heroik Johannes Adekalla memanjat tiang untuk memperbaiki tali pengait bendera yang tersangkut, bocah yang akrab dipanggil Joni itu banjir hadiah. Dia mendapatkan beasiswa sampai lulus SMA, akan diprioritaskan apabila ingin menjadi prajurit TNI, hingga menghadiri pembukaan Asian Games 2018 di tempat duduk VIP bersama para menteri.
ADVERTISEMENT
Namun kemewahan itu berbanding terbalik dengan tempat Joni mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Silawan, Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut keterangan Kepala SMPN 1 Silawan, Yosef Oki, kondisi sekolahnya mengenaskan.
Joni Bersama Menteri, Panglima TNI dan Kapolri. (Foto: Twitter/pramonoanung)
zoom-in-whitePerbesar
Joni Bersama Menteri, Panglima TNI dan Kapolri. (Foto: Twitter/pramonoanung)
Sekolah Joni itu berdiri tepat di sebelah puskesmas. Namun, kondisi sekolah sangat kontras dengan puskesmas yang dapat dikatakan terbaik di Silawan itu.
"Puskesmas itu sebelahnya SMP. Berbatasan dengan tembok yang menurut saya justru merusak wajah puskesmas yang megah itu," kata Yosef saat dihubungi kumparan, Minggu (19/8).
Lebih lanjut, Yosef mengatakan, ada beberapa fasilitas sekolah yang memprihatinkan. "Gedungnya tidak memadai, WC-nya tidak memadai, air bersih untuk di sekolah tidak ada," ungkapnya.
Selain itu, sekolah tersebut belum dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi. Padahal, fasilitas tersebut sangat dibutuhkan di era yang serba online ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Yosef menuturkan, dia tidak bisa nebeng sinyal Wi-Fi dari puskesmas tetangganya. "Keperluan Wi-Fi sekolah itu kan sangat penting," katanya.
"Sementara kami dekat dengan puskesmas yang dipasangi Wi-Fi, tapi tidak bisa kami pakai (karena sinyalnya) tidak bisa melewati tembok puskesmas itu," lanjut Yosef.
Penderitaannya tidak berhenti sampai di situ. Sekolah tempat Joni belajar pun kerap dilanda banjir karena tidak ada saluran air di depannya.
"Air itu dari satu kampung. Masuknya (air banjir) cuma di SMP dan tidak bisa lewat karena (terhalang) temboknya puskesmas," ujar Yosef.
Yosef sudah pernah mengirimkan surat ke beberapa kementerian, seperti Kemendikbud, Kementerian PUPR, dan Kominfo, terkait kondisi sekolah yang tidak layak. Dia berharap surat tersebut bisa ditindaklanjuti pemerintah.
ADVERTISEMENT
Namun, hingga saat ini, perbaikan sekolah yang diharapkan Yosef belum terealisasi. Dia bahkan berencana untuk mengajukan surat tersebut ke Presiden Jokowi.
"Kalau sampai surat ini tidak (direspons) lagi, proposal yang di kementerian saya ajukan ke Twitter-nya Pak Presiden," ungkap Yosef.