Kongres Indonesianis Sedunia Pertama Digelar di Yogyakarta

15 Oktober 2019 20:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir (kanan) saat membuka Kongres Indonesianis se-Dunia (The World Indonesianist Congress) di Yogyakarta. Foto: Dok. Kementrian Luar Negeri
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir (kanan) saat membuka Kongres Indonesianis se-Dunia (The World Indonesianist Congress) di Yogyakarta. Foto: Dok. Kementrian Luar Negeri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kongres Indonesianis Sedunia pertama digelar di Yogyakarta pada 14-16 Oktober 2019. Sebanyak 400 perserta ikut serta dalam pertemuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Indonesianis merupakan para peneliti Indonesia berasal dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Gambia, Jerman, Rusia, China, Timor Leste, dan Yordania.
Kongres Indonesianis Sedunia dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir. Pada 2019 ini, Kongres Indonesianis Sedunia mengambil tema Building a Better Future of Indonesia: Toward a Tolerant, Vibrant and Creative Society.
Dalam pidato pembukaannya, Fachir menyebut Indonesianis memiliki makna yang lebih luas, yaitu mencakup orang asing yang memiliki kecintaan khusus terhadap Indonesia.
Kongres Indonesianis se-Dunia (The World Indonesianist Congress) di Yogyakarta. Foto: Dok. Kementrian Luar Negeri
Fachir menjelaskan, ada tiga bidang Indonesianis dapat berkontribusi terhadap Indonesia.
"Pertama, dalam memperkuat identitas Indonesia sebagai bangsa multikultural. Kedua, dalam memperkuat human capital Indonesia. Ketiga, Indonesianis dapat berkontribusi terhadap transformasi ekonomi Indonesia," kata Fachir dalam keterangan pers Kemlu, Senin (15/10).
ADVERTISEMENT
Kongres Indonesianis merupakan inisiasi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu. Mereka menggandeng beberapa kementerian dan sejumlah universitas seperti Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pariwisata; Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia-Yogyakarta, dan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta.