Kopda Hardius: Meski Kuasai 7 Bahasa, Saya Tetap Ingin Punya Gelar

10 Oktober 2019 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kopda Hardius, TNI yang menguasai 7 bahasa. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kopda Hardius, TNI yang menguasai 7 bahasa. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pangkatnya memang cuma Kopral Dua. Tetapi, bukan berarti Kopda Hardius Rusman tidak bisa menunjukkan prestasi.
ADVERTISEMENT
Kopda Hardius bukanlah sarjana, tetapi kemampuan berbahasa asingnya boleh jadi melebihi mereka yang pernah mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Hobinya belajar bahasa asing sejak SMA kini berbuah manis. Kopda Hardius berhasil menguasai tujuh bahasa asing: Inggris, Spanyol, Italia, Portugis, Jerman, Belanda, dan Prancis. Luar biasa, bukan?
Kopda Hardius, TNI yang mengusai 7 bahasa. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Yang lebih luar biasa, Kopda Hardius tak pernah belajar bahasa asing di kelas formal. Dia hanya belajar melalui media sosial (medsos) dan grup WhatsApp (WA).
Dengan berbekal talentanya itu, Kopda Hardius juga memiliki kesempatan bertemu Panglima TNI Hadi Tjahjanto--yang juga dikenal fasih berbahasa Prancis. Akan tetapi, keinginannya tak cukup sampai di situ, masih terselip segudang mimpi yang ingin diraih prajurit yang bertugas di Bireun, Aceh, ini.
ADVERTISEMENT
Simak wawancara kumparan berikut ini.
Bisa diceritakan bagaimana pertama kali belajar bahasa asing?
Untuk pertama kali, saya mencoba belajar bahasa asing itu melalui medsos. Karena menurut saya medsos itu bisa dimanfaatkan seperti Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp (WA).
Alhamdulillah, sejauh ini saya sudah menguasai tujuh bahasa asing. Belajar melalui grup WA. Dari grup itu, saya perhatikan, saya baca, saya menulis di sana, saya praktik.
Bagaimana awalnya bisa masuk ke grup WA itu?
Saya enggak tahu karena grup itu global. Saya tidak tahu pekerjaan mereka. Tapi yang ada di grup itu terdiri dari banyak orang dari berbagai macam negara. Saya masuk diundang oleh teman saya. Saya minta bantuan yang sudah menjadi teman saya. Misalnya dia ada di grup Inggris, dia bisa berbahasa Inggris, di Spanyol juga demikian, Prancis dan Italia sama.
Kopda Hadrius, TNI yang mengusai 7 bahasa. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Bahasa apa yang pertama kali dipelajari?
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kali saya belajar bahasa Inggris. Tahun kedua saya belajar bahasa Jerman, Prancis, dan berikutnya Spanyol, Portugis, Italia, dan Belanda.
Bagaimana metode belajarnya?
Untuk grup itu ‘kan kita bicara dengan native speakers (penutur asli), jadi mereka dari Amerika dan Kanada. Saya langsung belajar dari native speakers.
Ada keinginan untuk menempuh jalur pendidikan formal?
Saya kepengin belajar secara formal biar dapat gelar sarjana. Kalau perlu S3 sampai Ph.D. (Doktor filsafat).
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kanan) bersama anggota TNI berpangkat Kopral Dua (Kopda), Hardius Rusman yang menguasai tujuh bahasa asing. Foto: Dok. Puspen TNI
Kenapa awalnya pengin belajar bahasa asing?
Dulu memang pertama awal niat belajar bahasa asing itu hobi. Saya juga dulu ‘kan emang suka international relationship (hubungan internasional). Terus saya belajar bahasa asing, alhamdulilllah sekarang sudah 7 bahasa, dan sekarang saya masih belajar bahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Buat saya, belajar bahasa Arab penting karena saya muslim. Artinya, kita sebagai muslim harus belajar juga. Belajar dari grup juga, banyak kawan saya dari Mesir, Yaman, Sudan, kenapa enggak bisa bahasa Arab? Yuk, belajar bahasa Arab.
Bahasa apa yang paling sulit dipelajari?
Untuk saya yang paling sulit itu bahasa Belanda. Karena tidak ada yang mau bicara atau jarang bahasa Belanda di grup-grup WA itu. Orang-orang yang bisa itu enggak mau berbicara, cuma mau menulis. Itu jadi kendala buat saya. Saya kepengin praktik setiap hari dengan mereka. Tetapi mereka enggak mau. Maunya cuma menulis.
Kita di grup itu bicara apa pun untuk meningkatkan vocabulary (kosa kata) dan pronouncation (pelafalan). Bukan hanya teks, tapi saya kepengin bisa berbicara tujuh bahasa itu. Saya ingin seolah-olah kita betul-betul berbicara dengan native speakers-nya.
ADVERTISEMENT
Masing masing bahasa punya keunikan sendiri. Tapi rata-rata vocabulary sama tapi pronouncation agak beda sedikit. Terutama bahasa Italia.
Apa saja kendala yang selama ini dihadapi?
Kalau menurut saya kendalanya itu berbicara. Karena kita berbicara itu belajar sendiri, kita enggak tahu pronouncation. Jadi kalau membetulkan pronouncation itu sama native speakers. Dia yang akan membetulkan pronouncation kita.
Sebagai prajurit TNI, apa sebenarnya untungnya belajar bahasa asing?
Keuntungannya sebagai prajurit itu banyak, kita dapat pengetahuan negara lain, soal sosial budaya, dan lain sebagainya.
Kemarin sempat ketemu Panglima TNI, apa saja yang dibicarakan?
Panglima ngomong percakapan sehari-hari pakai bahasa Prancis. Pesannya ditingkatkan lagi kemampuan bahasanya dan nanti ditempatkan di tingkat yang lebih kompeten biar nanti berhasil. Ada juga rencana saya mau dipindahkan ke Pusat Bahasa Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dalam waktu dekat. Saya senang kalau di sana, bisa ke luar negeri.
Kopda Hardius, TNI yang mengusai 7 bahasa. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Apa harapan ke depannya dengan mahir 7 bahasa asing ini?
ADVERTISEMENT
Saya mau sekolah lagi pokoknya. Kalau orang pintar enggak punya titel, percuma. Kita harus Sarjana dulu. Saya enggak Sarjana. Saya harus Sarjana, minimal SPd kalau mau ngajar. Master Science, kalau bisa Ph.D. Biar bisa diakuin sama dunia. Kalau gini enggak diakuin, biasa aja. Kita harus punya gelar di belakang, minimal empat, ha..ha..ha.
Kalau di Bireun tidak ada gunanya, saya cuma berkomunikasi aja. Saya belajar bahasa asing itu pengin tahu budaya, alam, dan makanannya itu. Saya pengin tahu orang itu dengan bahasa dia supaya menyentuh hatinya. Kalau kita bisa mengerti bahasa mereka, kita bisa menyentuh hati mereka.