Korban Tewas Penembakan Masjid di Christchurch Bertambah Jadi 51

3 Mei 2019 4:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat korban membawa jenazah korban penembakan Christchurch yang di adakan di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru. Foto: REUTERS/Jorge Silva
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat korban membawa jenazah korban penembakan Christchurch yang di adakan di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru. Foto: REUTERS/Jorge Silva
ADVERTISEMENT
Setelah lebih dari satu bulan berlalu, korban penembakan di Christchurch, Selandia Baru, bertambah. Seorang warga negara Turki menjadi korban tewas ke-51 dari penembakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Meninggalnya korban yang sempat menjalani perawatan panjang itu diungkapkan Pemerintah Turki dan Pemerintah Selandia Baru. Laki-laki 46 tahun itu meninggal pada Kamis (2/5).
"Kita kehilangan seorang warga negara yang terluka kritis dalam serangan mengerikan di Christchurch," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, lewat akun Twitter-nya.
Ucapan senada dilontarkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Arder. Dia mengatakan, laki-laki Turki itu meninggal setelah menjalani perawatan intensif sejak dievakuasi.
"Kabar duka ini akan dirasakan seantero Turki dan juga Selandia Baru," kata Jacinda seperti kutip Reuters, Jumat (3/5).
Atas permintaan keluarga, Pemerintah Selandia Baru tidak mengungkapkan identitas korban. Hanya disebutkan, laki-laki itu meninggal saat menjalani operasi lanjutan dalam upaya menyelamatkan nyawanya.
ADVERTISEMENT
"Mereka tidak bisa menghentikan pendarahannya dan kami kehilangan dia. Tadinya kami kira ini (operasi) akan berjalan lancar. Dia sudah berjuang selama 50 hari," kata saudara WN Turki itu seperti dikutip Anadolu.
Hingga kini masih ada sembilan orang korban penembakan masjid di Christchurch dalam perawatan rumah sakit. Pemerintah Selandia Baru menyatakan para korban luka itu dalam keadaan stabil.
Penembakan pada 15 Maret 2019 itu terjadi di dua masjid kawasan Christchurch yang sedang berlangsung ibadah salat Jumat. Pelakunya adalah pria Australia, Brenton Tarrant, seorang penganut paham supremasi kulit putih.
Tarrant telah diganjar 50 dakwaan pembunuhan berencana dan puluhan dakwaan upaya pembunuhan di pengadilan. Pengadilan Tarrant berikutnya akan dilakukan pada Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
Ardern yang telah bersumpah tidak akan menyebut nama Tarrant mengatakan pelaku tidak masuk daftar pengawasan intelijen di Selandia Baru atau Australia. Padahal, Tarrant telah dua tahun tinggal di Selandia Baru dan merencanakan serangannya.
Kritikan bermunculan, mengatakan intelijen Selandia Baru hanya mengawasi umat Islam yang dikhawatirkan melakukan serangan teror. Menurut Ardern, hal ini dipastikan dalam penyelidikan Komisi Kerajaan.