Korut Minta AS Segera Cabut Sanksi Jika Ingin Damai

6 Agustus 2018 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan Rahasia Kim Jong-un ke China (Foto: KCNA/via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Rahasia Kim Jong-un ke China (Foto: KCNA/via Reuters)
ADVERTISEMENT
Korea Utara meminta Amerika Serikat segera mencabut sanksi terhadap mereka jika ingin perdamaian di Semenanjung Korea tercipta. Menurut Korut, mereka telah melakukan apa yang diminta dalam pertemuan dua pemimpin dalam pertemuan di Singapura, termasuk denuklirisasi.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Korut ini disampaikan di media mereka Rodong Sinmun seperti dikutip Reuters, Senin (6/8). Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura Juni lalu adalah untuk mewujudkan perdamaian, namun menurut Korut yang dilakukan AS saat ini malah bertentangan.
AS, kata Korut, malah menyampaikan argumen-argumen soal sanksi dan embargo yang tidak akan dicabut kendati denuklirisasi dilakukan dan jasad tentara Perang Korea telah dipulangkan.
"Ada argumen-argumen memalukan keluar dari Kementerian Luar Negeri AS bahwa mereka tidak akan mencabut sanksi sampai denuklirisasi selesai, dan menerapkan sanksi adalah cara meningkatkan kekuatan negosiasi," tulis editorial media corong pemerintah Korut itu.
Rudal Korea Utara. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
zoom-in-whitePerbesar
Rudal Korea Utara. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
"Bagaimana sanksi -yang oleh pemerintah AS dianggap kebijakan untuk memusuhi kami- bisa mempromosikan persahabatan kedua negara," lanjut media Korut lagi.
ADVERTISEMENT
Komentar ini keluar selang beberapa hari setelah muncul laporan PBB soal Korut yang tidak juga menghentikan program nuklir dan rudal mereka. Ditambah dengan masih berlanjutnya penjualan minyak, batu bara, dan komoditas sanksi lainnya, Korut dianggap melanggar resolusi PBB.
Saat ini Korea Selatan tengah menyelidiki sembilan kasus penjualan batu bara dari Korea Utara yang disamarkan sebagai produk Rusia ke berbagai negara.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan tindakan Korut yang masih mengembangkan nuklir tidak sesuai dengan komitmen pemimpin Korut Kim Jong-un kepada Trump.