KPAI: Anak-anak Korban Tewas 22 Mei Tak Minta Izin Orangtua Ikut Aksi

24 Mei 2019 20:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatti saat bertemu keluarga Harun di Duri Kepa, Kebon Jeruk. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatti saat bertemu keluarga Harun di Duri Kepa, Kebon Jeruk. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turut mengunjungi korban tewas akibat kerusuhan 22 Mei, yaitu Harun (15 tahun) di Kemanggisan, Slipi. KPAI berdialog dengan keluarga menggali cerita dari sisi orangtua.
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan itu, KPAI mendapati fakta bahwa berdasarkan pendataan KPAI, sebagian besar anak-anak yang menjadi korban dalam kerusuhan tidak meminta izin kepada orangtuanya untuk ikut aksi.
“Ya posisinya anak anak ini tidak minta ijin untuk demo ya. Mereka posisinya sedang bermain. Jadi posisinya kan tadi mau buka bersama dan seterusnya kebetulan mereka mendengar suara-suara yang apa itu mereka ingin tahu,” ungkap Komisioner KPAI Bidang Kesehatan, Siti Hikmawati, di kediaman Harun, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakbar, Jumat (24/5).
Fakta itu bukan saja didapati pada Harun, tapi juga korban lainnya bernama Reyhan Fajari (16) di Petamburan, yang tewas dengan luka tembak di bagian pelipis. Dia melihat aksi secara spontan saat sedang berada di masjid.
ADVERTISEMENT
“Sama seperti kasus yang kejadian di Petamburan itu dia posisinya setiap pagi memang ikut dalam rombongan yang membangunkan sahur. Kejadian pukul 02.30 WIB dia lihat ada suara yang ini dia keluar dari gang, baru keluar dari gang sudah kena peluru nyasar,” imbuhnya lagi.
Petugas kepolisian menembakan gas air mata ke arah massa aksi saat terjadi bentrokan di kawasan Tanah Abang. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Rumah Harun adalah titik ketiga yang dikunjungi KPAI dalam rangka mendata korban anak-anak baik yang terluka maupun meninggal karena aksi.
“Tadi juga kita sudah berkunjung ke Rumah Sakit Tarakan kemudian ke daerah Petamburan, dan ingin melakukan verifikasi ya pendalaman terhadap kasus meninggalnya anak-anak dalam kerusuhan yang terjadi dalam aksi ya,” tuturnya.
Siti menambahkan dalam dialog dengan keluarga, mereka berharap kematian anak mereka diusut.
“Kami sempat menanyakan apakah ada harapan tertentu dari keluarga. Jadi ada yang mengiklankan, ada tadi ingin menuntut sampai ke pengadilan. Pada prinsipnya kita sebagai negara hukum, tentu akan menyikapinya secara hukum yang ada,” ucap Siti.
ADVERTISEMENT
Siti menyebutkan saat ini KPAI masih berusaha mendata secara menyeluruh korban anak-anak dalam peristiwa aksi 21 sampai 22 Mei.
“Waktu kami kunjungi di Tarakan itu ada 25 anak yang dirawat. Tetapi begitu kita kunjungi sudah tinggal 2 orang. Nah, kita harus bertemu dengan pimpinan untuk mengklarifikasi 25 ini apakah semua karena itu (kerusuhan). Dan juga semuanya tersebar di beberapa rumah sakit jadi kita lagi mengumpulkan data-data,” terang Siti.
Seorang anggota kepolisian menembakan gas air mata ke arah pengunjuk rasa saat terjadi kerusuhan di dekat kantor Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: REUTERS / Willy Kurniawan
Berikut data korban meninggal dunia berdasarkan informasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dokter, dan keluarga korban:
1. Farhan Syafero (30 tahun) warga Grogol, Kota Depok. Tewas dengan luka tembak di dada tembus ke belakang pada Rabu (22/5). Dibawa ke RS Budi Kemuliaan.
ADVERTISEMENT
2. Adam Nurian (19 tahun), warga RW 2 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Luka tembak di punggung pada Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
3. Rizki Ramadhan alias Rama (17 tahun), warga Jalan Slipi, Kebon Sayur, Kemanggisan, Slipi. Tewas dengan dua tembakan di dada dekat tenggorokan, dan bahu kanan tembus dada belakang pda Rabu (22/5). Dievakuasi ke RSUD Tarakan.
4. Pria tanpa identitas, diduga berusia 14 tahun dengan luka di dada dan lengan kiri pada Rabu (22/5) di RS Dharmais. (Diduga Harun).
5. M. Reyhan Fajari (16 tahun). Meninggal di RSAL Mintoharjo pada Rabu (22/5).
6. Abdul Ajiz (27 tahun). Meninggal di RS Pelni pada Rabu (2/5).
7. Bachtiar Alamsyah. Meninggal di RS Pelni pada Rabu (22/5).
ADVERTISEMENT
8. Sandro (31 tahun). Meninggal di RSUD Tarakan pada Kamis (23/2) usai dirawat sejak Rabu (22/5).