KPAI: Pelajar Rentan Menjadi Pelaku dan Korban Cyberbully

22 Juli 2018 22:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Retno Listyarti di Women Talk LBH Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Retno Listyarti di Women Talk LBH Jakarta (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mewanti-wanti para pelajar di sekolah rentan menjadi pelaku cyberbully atau bullying di media sosial. Data KPAI menunjukkan selain melakukan bully di sekolah, mereka juga melakukan bully di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Jumlah kasus pendidikan di KPAI per tanggal 30 Mei 2018 berjumlah 161 kasus, dari jumlah tersebut terungkap data anak korban kasus kekerasan dan bullying mencapai 22,4% dan anak pelaku kekerasan dan bullying mencapai 25,5%," kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti dalam keterangannya, Minggu (22/7).
Retno menjelaskan berdasarkan pengakuan korban, bully di lakukan secara langsung saat di sekolah dan kerap dilanjutkan di dunia maya yang kerap dikenal dengan istilah cyberbully.
"Tingginya angka kekerasan dan bullying di sekolah menjadi pesan bagi semua orangtua dan guru bahwa para siswa kita rentan menjadi korban dan bahkan pelaku bully, baik di dunia nyata maupun di dunia maya," tutur dia.
Berdasarkan data tersebut diperkuat dalam ikhtisar eksekutif strategi nasional penghapusan kekerasan terhadap anak 2016-2020 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Ana (Kemen PPPA), yaitu sebagai berikut, 84% Siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah (8 dari 10 siswa); 45% siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan; 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebaya; 75% siswa mengakui pernah melakukan kekerasan di sekolah; 22% siswa perempuan menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakanpelaku kekerasan; dan 50% anak melaporkan mengalami perundungan (bullying) di sekolah.
ADVERTISEMENT
Retno menjelaskan, di era digital seperti saat ini, media sosial dan gadget adalah merupakan keseharian anak muda, bahkan banyak anak-anak yang masih berusia Sekolah Dasar (SD) sudah aktif di media sosial dan berselancar dengan gaddetnya.
"Sayangnya di dunia maya, banyak orang dewasa yang menunjukkan perilaku menebar kebencian dan melakukan bully di dunia maya secara masif, sehingga dengan cepat ditirulah oleh anak-anak yang memiliki akun di media sosial dan menjadi pengguna aktif. Dalam penelitian, 70% perilaku anak adalah meniru," tambah Retno.