KPAI Tanggapi Siswa di Yogya Bawa Celurit ke Sekolah karena HP Disita

12 September 2019 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi membaca pesan di ponsel. Foto: StockSnap via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca pesan di ponsel. Foto: StockSnap via Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu lalu, Yogyakarta dihebohkan dengan kasus siswa membawa celurit ke sekolah untuk mengambil HP yang disita guru. Saat itu sang guru langsung mengembalikan HP karena si anak tak mau menurunkan celurit yang ia bawa.
ADVERTISEMENT
KPAI mengungkapkan keprihatinannya menanggapi kasus ini. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listiyarti menyebut, apa yang dilakukan guru sudah sesuai prosedur. Menyita HP siswa saat proses belajar berlangsung adalah hal dibenarkan.
"Tentu saja, sang guru berhak melakukan hal tersebut agar proses pembelajaran di kelasnya berlangsung kondusif," kata Retno dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Kamis (12/9).
Sebaliknya, membawa celurit ke sekolah adalah tindakan pidana. Terlebih celurit itu dibawa untuk mengancam orang lain.
Retno juga meminta sekolah membuat aturan khusus terkait penggunaan ponsel di sekolah. Dari kebijakan penggunaan ponsel agar tidak kecanduan, termasuk ketentuan menyita ponsel dan proses mengembalikannya.
"Artinya, setelah disita saat pembelajaran, maka harus diatur oleh SOP sekolah tentang proses mengembalikannya, misalnya bisa dikembalikan setelah si anak menuliskan surat pernyataan tidak mengulangi yang diketahui orang tua," usulnya.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengusulkan agar ponsel yang disita hanya bisa diambil oleh orang tua. Tujuannya untuk membangun pola pengasuhan yang positif.
Retno mengingatkan, kecanduan gadget termasuk ponsel, dapat berdampak pada kesehatan fisik dan psikis (mental) anak. Bahkan dalam tahap tertentu si anak dapat lebih agresif, mudah tersinggung jika tak diberi gadget, hingga menimbulkan depresi.
Menurutnya, iritabilitas juga akan mempengaruhi keterampilan lainnya, khususnya dalam hal menahan diri, berpikir, dan mengendalikan emosi. Padahal, keterampilan ini membentuk dasar kesuksesan di masa depan.
"Kasus anak mengancam guru dengan celurit lantaran ponsel disita adalah bentuk si anak agresif dan tidak bisa mengelola emosi dengan baik," ujar Retno.
Selain itu, kecanduan gadget juga dapat mengembangkan masalah mental hingga meningkatkan risiko ADHD dan autisme pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
“Mengingat bahaya kecanduan gadget maka para orang tua mulai membatasi penggunaan gadget pada anak-anaknya, selain mengawasi dan mendampingi untuk mengedukasi anak-anak menggunakan ponsel secara aman dan bijak," tutur Retno.
Kasus anak yang membawa celurit ke sekolah untuk mengambil HP yang disita guru diduga terjadi di salah satu SMP negeri di Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam video berdurasi 30 detik itu siswa yang mengenakan kaos merah dan celana panjang cokelat ini melenggang santai sambil membawa celurit di tangan kanan.
Dari sisi lain, terdengar suara guru yang mengembalikan HP-nya karena ia tak juga menurunkan celurit yang dibawa.