Kritik Din Syamsuddin untuk Partai Islam: Porak Poranda

20 Februari 2019 20:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin usai pimpin rapat pleno ke-36 Dewan Pertimbangan MUI. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin usai pimpin rapat pleno ke-36 Dewan Pertimbangan MUI. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menyebut keadaan partai politik Islam tengah porak poranda. Hal itu ditandai dengan sulit bersatunya partai-partai berbasis massa Islam.
ADVERTISEMENT
"Porak-poranda dalam arti jalan masing-masing. Ya seharusnya mereka kan berkoalisi secara strategis. Apa yang menjadi wawasan Islam tentang pembangunan ekonomi, wawasan Islam tentang pembangunan kebudayaan Indonesia," ujar Din usai Rapat Pleno Dewan Pertimbangan MUI di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (20/2).
Menurutnya, saat ini partai partai berbasis Islam memiliki kepentingannya masing-masing termasuk dalam pencalonan calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2019.
Karena itu, Din menilai umat Islam di Indonesia hanya menjadi mayoritas dalam hal demografi namun rendah dalam hal politik elektoral atau perwakilan.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin usai pimpin rapat pleno ke-36 Dewan Pertimbangan MUI. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
"Ini masalah kita bagaimana mendekatkan antara angka demografis dan angka politik elektoral. Kalau secara demografis umat Islam ini mayoritas. Tapi secara politik elektoral ya kita masih mayoritas, tapi jauh (dibandingkan dengan angka demografis)," tutur Din.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian menyebut perolehan suara partai-partai Islam yang terus menurun dari pemilu ke pemilu.
"Era reformasi pernah 39 persen, turun 35 persen, terakhir sekitar 30-an persen, dalam arti perolehan suara partai Islam dan partai partai berbasis massa Islam," jelasnya.
Untuk itu, menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini, partai-partai politik bercorak Islam harus bisa membuat koalisi strategis demi persatuan umat Islam.
"Seyogyanya kekuatan politik Islam utuh menjadi kekuatan bangsa untuk memperjuangkan nilai-nilai etika Islam bagi kehidupan kebangsaan. Jadi jangan juga dihalangi, dinafikkan, apalagi ditiadakan," ujar Din.