Kronologi Pembebasan 6 ABK WNI yang Disandera Militan Benghazi

2 April 2018 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
ADVERTISEMENT
Enam anak buah kapal asal Indonesia berhasil dibebaskan dari tangan kelompok bersenjata di Benghazi, Libya. Upaya pembebasan ini melibatkan Kementerian Luar Negeri dan Badan Intelijen Negara (BIN) sejak September tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Luar Negeri, keenam WNI itu adalah Haryanto, Saiefuddin, Waskita Ibi Patria, dan M Abudi asal Tegal, Joko Riadi dari Blitar, dan Roni Wiliam dari Jakarta.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, para WNI itu bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Malta, Salvatur 6, di perairan Benghazi sekitar 27 mil dari garis pantai Libya. Peristiwa itu terjadi pada 23 September 2017.
"Kami baru dapat kabar pada 28 September 2017. Sejak itu kami lakukan kontak kepada pemilik kapal, keluarga dan para ABK juga kami kontak untuk mengetahui kondisi mereka. Pembebasan tidak mudah karena wilayah konflik," kata Retno, Senin (2/4).
Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan komunikasi dengan ABK baru bisa dilakukan pada bulan Desember untuk mengetahui kondisi mereka. Perusahaan pemilik kapal di Malta, kata Iqbal, lepas tangan karena hubungan mereka tidak baik dengan kelompok bersenjata di Benghazi.
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
Penyanderaan ini menurut Iqbal terjadi di tengah konflik yang mendera Libya. Sejak 2011, kondisi Libya memang mencekam, puncaknya adalah tewasnya pemimpin Libya Muammad Khadafi. Pemerintahan Libya juga terpecah, dan kelompok bersenjata bertebaran. Menurut Iqbal, Benghazi dikuasai militan yang anti pemerintah Tripoli.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya masih ada serangan-serangan. Kapal mereka ditahan hanya 1-2 km dari lokasi serangan. Bahkan ada bom nyasar dekat kapal mereka," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan, upaya pembebasan para ABK dilakukan dengan diplomasi dan memanfaatkan hubungan baik antara Indonesia dan Libya. Berkat upaya tersebut, tanggal pembebasan mereka ditetapkan pada 20 Maret, namun diundur jadi 26 Maret lalu, kata Iqbal.
"Tanggal 23 tim berangkat dari Tunisia dan bergabung dengan tim Tripoli. Pada 27 Maret pukul 12.30, sesuai kesepakatan serah terima ABK dilakukan di pelabuhan ikan yang terbengkalai di Benghazi. Hanya kapal mereka yang bisa digunakan, semuanya karam," kata Iqbal.
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
Pada Senin, keenam ABK telah diserahterimakan ke pihak keluarga di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Jakarta. Menlu Retno mengatakan, upaya pembebasan para ABK ini adalah bagian dari perlindungan warga negara Indonesia yang merupakan misi Kemlu RI.
ADVERTISEMENT
"Ini merupakan tugas yang kami upayakan dengan baik, untuk melindungi WNI di luar negeri," kata Retno.