news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kubu Jokowi Anggap Jualan Berkarya soal 'Rindu Soeharto' Tak Relevan

5 Desember 2018 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ario Bimo anggota Fraksi PDIP (Foto: Facebook/Aria Bima Trihastoto)
zoom-in-whitePerbesar
Ario Bimo anggota Fraksi PDIP (Foto: Facebook/Aria Bima Trihastoto)
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menyebut rakyat Indonesia masih belum bisa melupakan sosok Mantan Presiden Soeharto. Ia juga mengatakan, masih banyak masyarakat yang merindukan zaman pemerintahan Presiden ke-2 RI tersebut.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Ario Bimo menilai, setiap era pemerintahan tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya.
"Saya kira silakan saja tapi jangan kemudian seolah-olah era Soeharto, era Jokowi, era Habibie, Mega, SBY disandingkan, dievaluasi, sebagian disanjung sebagian dihujat. Yang saya khawatir yang terjadi justru umpatan yang tidak produktif," kata Ario Bimo kepada kumparan, Selasa (5/12).
Politikus PDIP itu juga menganggap wacana "Rindu Soeharto" yang digulirkan Partai Berkarya sudah tidak relevan untuk menjaring suara di Pemilu 2019.
"Prabowo yang diusung partai reformis partai-partai yang waktu itu Pak Amien melawan Soeharto, gimana narasinya. Di Pak Jokowi didukung Golkar yang dulu partainya Pak Harto. Ya jadinya kan enggak relevan," tutur Ario Bimo.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Ario Bimo menuturkan, Berkarya seharusnya tidak mengulang narasi "Rindu Soeharto" melainkan mengkampanyekan nilai-nilai pengabdian yang dimiliki oleh jenderal bintang lima tersebut.
Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso di DPP Partai Berkarya, Jumat (3/8). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso di DPP Partai Berkarya, Jumat (3/8). (Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan)
"Saya kira sudah tidak tepat kalau kemudian lebih mengulang kembali platform sejarah lama, yang itu sudah tak relevan. Berkarya silakan itu partai keluarga Pak Harto. Saya kira perlu memframing kembali Soeharto dalam pengertian lebih kepada totalitas pengabdian perjuangannya bukan lagi program pemerintahannya saat itu. Situasi globalisasi kompetensi saat ini memang tidak bisa dibandingkan," jelas politikus PDIP itu.
Ia juga menyayangkan bila sosok Soeharto hanya dijadikan komoditas politik untuk kepentingan pemilu. Menurutnya, hal itu malah merendahkan sosok Soeharto itu sendiri.
"Jangan Pak Harto hanya dipakai komoditas untuk menggedekan Partai Berkarya atau menjadikan Pak Prabowo dengan mengkapitalisasi Pak Harto yang menurut saya terlalu merendahkan Pak Harto sendiri," pungkasnya.
Soeharto (Foto: Instagram/@soeharto_instagram_fanpage)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto (Foto: Instagram/@soeharto_instagram_fanpage)
Sebelumnya, dalam penandatanganan Surat Integritas Partai Politik (SIPP) di acara Hari Antikorupsi Dunia (Hakordia) 2018, Priyo mengatakan bahwa rakyat Indonesia masih merindukan zaman Soeharto.
ADVERTISEMENT
"Romantisme kerinduan kepada enaknya zaman Pak Harto tidak bisa dibendung termasuk oleh beberapa tudingan-tudingan keji yang beberapa hari terakhir ini sengaja dilontarkan oleh pihak-pihak yang mungkin mereka punya agenda politik mendesak," ujar Priyo di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (4/12).
Digunakannya pengaruh Soeharto oleh Partai Berkarya, menurut Priyo, karena didasarkan pada masih diterimanya sosok Soeharto oleh masyarakat Indonesia.
"Bukan hanya kami yakin kami sudah dalam posisi point of no return, menyimpulkan Pak Harto sebagai apa yang kami yakini sekarang memang bisa diterima oleh masyarakat banyak," ucap Priy