Kurang 13 Hari, Tim Prabowo Gencarkan Kampanye Akbar dan Door to Door

4 April 2019 6:25 WIB
Jubir BPN Andre Rosiade. Foto: Rafyq Alkandy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jubir BPN Andre Rosiade. Foto: Rafyq Alkandy/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilu 2019 akan digelar 13 hari lagi. Dengan masa kampanye yang tinggal 9 hari lagi, juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, mengaku pihaknya akan fokus menggelar kampanye akbar dan kampanye door to door untuk menggaet swing voters.
ADVERTISEMENT
"Dua minggu ini tugas kita hanya dua, pertama kampanye akbar, kedua door to door menyapa warga. Strateginya dua itu saja," kata Andre kepada kumparan, Kamis (4/4).
Ia menyebut, pihaknya akan memastikan melalui dua metode itu pesan-pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh seluruh masyarakat terutama yang belum menentukan pilihannya. Menurutnya, akan ada beberapa pesan utama yang akan disampaikan, termasuk soal pertumbuhan ekonomi hingga lapangan pekerjaan.
"Kita pastikan dengan dua itu, pesan dengan soal pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, harga bahan pokok sampai ke swing voters sehingga mereka menentukan pilihan ke Pak Prabowo," ucapnya.
Kampanye akbar Capres 02, Prabowo Subianto di Banyumas, Jawa Tengah. Foto: Dok. Tim Prabowo Subianto
Ia juga mengaku tidak akan ambil pusing soal survei-survei Pilpres 2019 yang beredar. Dalam sejumlah survei itu, posisi Prabowo-Sandi masih jauh di belakang paslon petahana Jokowi-Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
"Ini kan survei-survei kan mereka patut diduga bagian dari timses Pak Jokowi begitu kan. Ya mereka mereka patut diduga merupakan bagian timses Pak Jokowi yang bertugas merilis untuk menggiring opini," kata Andre.
"Nah nanti, pas pemilu, lembaga-lembaga survei yang bilang Pak Jokowi unggul di atas 20 persen tentu akan mengalami tuntutan dari rakyat," imbuhnya.
Ia menyebut, jika hasil pemilu nanti berada jauh di luar margin of error survei, maka bukan tidak mungkin masyarakat akan menuntut lembaga-lembaga tersebut. Sebab, menurut Andre, hal tersebut bisa dikategorikan sebagai pengkhianatan dalam demokrasi.
"Jangan anda bilang, 'oh kan kami bukan Tuhan'. Anda bilang anda punya metodologi, anda bilang anda punya margin of error, jadi kalau meleset dari margin of error anda nanti, bahwa kalau Pak Prabowo menang, berarti anda mengkhianati demokrasi. Rakyat Indonesia pasti akan bikin perhitungan dengan anda," pungkasnya.
ADVERTISEMENT