news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Lagi, Wali Kota di Filipina Jadi Korban Pembunuhan

3 Juli 2018 23:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Penembakan (Foto: gettyimages.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penembakan (Foto: gettyimages.com)
ADVERTISEMENT
Pembunuhan wali kota kembali terjadi di Filipina. Kali ini yang menjadi korban adalah Wali Kota General Tinio, Ferdinand Bote (57). Dia ditembak pada Selasa (3/7), saat baru keluar dari kantornya dan hendak masuk ke dalam mobil.
ADVERTISEMENT
Kepala Kepolisian General Tinio, Adrian Gabriel, menyebutkan penembak Bote mengendarai sepeda motor. "Dia (penembak) melepaskan beberapa kali tembakan dengan senjata laras pendek," kata Adrian seperti dilansir Reuters, Selasa (3/7). Adrian menyebut, ada 18 selongsong peluru yang ditemukan dekat lokasi penembakan.
Bote merupakan wali kota kedua yang tewas ditembak dalam pekan ini. Sebelumnya pada Senin (2/7), Wali Kota Tanuan Antonio Halili ditembak mati saat menghadiri upacara bendera. Bote merupakan perjabat pemerintah ke-12 yang ditembak orang tak dikenal selama Presiden Rodrigo Duterte menjabat dan menyatakan perang dengan kartel narkoba di negaranya.
Kematian Halili diduga terkait dengan perang melawan narkoba yang dilancarkan Duterte. Pasalnya, Halili pernah berjanji membersihkan jalanan di kotanya dari peredaran gelap narkoba.
ADVERTISEMENT
Namun, pembunuhan Bote masih mengundang tanda tanya. Berbeda dengan Halili, Bote tidak pernah dikaitkan dengan masalah narkoba di kotanya.
Sedangkan juru bicara Rodrigo Duterte, Harry Roque, menyebut Pemerintah Filipina akan mengerahkan seluruh kekuatanya untuk membongkar dalang di balik pembunuhan ini.
"Kami menjamin semua orang bahwa kami akan membebaskan kewajiban negara untuk setiap pembunuhan," kata Roque dalam sebuah pernyataan, menjanjikan penyelidikan yang adil dan menyeluruh oleh polisi untuk membawa para pelaku ke pengadilan.
Polisi telah menewaskan lebih dari 4.200 orang dalam kampanye anti-narkotika sejak Juli 2016, dengan 2.500 tersangka lainnya yang diduga dibunuh oleh penyerang tak dikenal dalam periode yang sama.