Lawan Politik Identitas dan Hoaks, Mahfud MD Bentuk Gerakan Baru

9 Januari 2019 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana sarasehan Suluh Kebangsaan di Bale Raos, Kota Yogyakarta, Rabu (9/1/2019). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sarasehan Suluh Kebangsaan di Bale Raos, Kota Yogyakarta, Rabu (9/1/2019). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eks Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Mahfud MD bersama putri Gus Dur, Alissa Wahid, rohaniawan Romo Benny Susetyo, dan Budi Kuncoro, meluncurkan perkumpulan baru yang dinamai Gerakan Suluh Kebangsaan. Dalam perkumpulan itu, Mahfud didapuk menjadi ketua.
ADVERTISEMENT
Mahfud menjelaskan, gerakan tersebut lahir atas keprihatinan munculnya gejala perpecahan dan saling serang antara anak bangsa hanya karena berbeda pilihan politik.
“Suluh Kebangsaan lahir dari keprihatinan di mana pada satu tahun atau dua tahun terakhir ini kita sebagai anak bangsa yang sadar perlunya kebersatuan dan keberlangsungan hubungan bangsa negara Indonesia ini agak risau. Muncul gejala itu perpecahan dan saling serang menyerang,” kata Mahfud saat mengisi sarahsehan Suluh Kebangsaan di Bale Raos, Kota Yogyakarta, Rabu (9/1).
Mahfud mengatakan, gejala perpecahan dan saling serang itu bermula karena munculnya politik identitas yang berlandaskan SARA.
“Identitas itu sendiri semisal identitas keagamaan bukan hanya antara Islam non-Islam yang saling dibenturkan. Tapi antara orang-orang Islam sendiri saling dibenturkan,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Masing-masing saling klaim saya ini Islam berdasarkan ini, yang satu saya Islam berdasarkan ini, macam-macam. Ini memprihatinkan,” ujar dia.
Mahfud MD hadiri dialog kehidupan beragama dengan tema "Konservatisme Beragama di Tahun Politik" di Jakarta, Sabtu (29/12). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahfud MD hadiri dialog kehidupan beragama dengan tema "Konservatisme Beragama di Tahun Politik" di Jakarta, Sabtu (29/12). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Tak hanya politik identitas, pada pemilu kali ini juga diperparah dengan maraknya berita bohong atau hoaks.
“Celakanya lagi ini lalu disemarakkan dengan berita hoaks berita bohong yang dikapitalisasi begitu rupa tapi juga diorganisir tampaknya,” ucapnya.
“Bahkan yang kita dengar ada yang bayar juga. Satu kelompok menyiarkan berita ini kemudian disahut oleh yang lain seakan-akan melawan tapi sebenarnya itu memancing agar ramai. Baik yang mendukung atau melawan itu dibayar untuk memecah belah kita,” kata dia.
Untuk melawan politik identitas dan maraknya hoaks itu, Gerakan Suluh Kebangsaan nantinya hadir ke sejumlah daerah dan membuat forum-forum dengan peserta 50-60 orang. Dalam forum itu juga akan dilibatkan tokoh-tokoh setempat seperti rektor, tokoh agama, LSM, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Ini kalau dibiarkan enggak bagus tapi kalau kita menumpang program pemerintah kita dicurigai membawa pesan pemerintah. Kita bikin gerakan Suluh Kebangsaan yang punya sifat politik tapi tidak memaksakan, pilihan politik berbeda silakan. (Mulai) tanggal 23 (Januari) kita jelajah kebangsaan melalui kereta api di setiap stasiun berhenti tokoh lokal diajak berbicara tentang kebangsaan ke seluruh Indonesia,” tutupnya.