Lee Yun-hyang, Perempuan Satu-satunya di Perundingan Trump-Kim

12 Juni 2018 19:29 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim dan Trum melakukan pertemuan tertutup. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Kim dan Trum melakukan pertemuan tertutup. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
ADVERTISEMENT
Banyak hal menarik dari pertemuan bersejarah Donald Trump dan Kim Jong-un di Hotel Capella, Singapura. Di antaranya kehadiran satu-satunya perempuan di tengah kedua tokoh tersebut.
ADVERTISEMENT
Ialah Lee Yun-hyang, perempuan 61 tahun yang bertugas menjadi penerjemah pernyataan Kim untuk Trump. Ia memegang peran kunci dalam perundingan Kim dan Trump siang tadi.
Namun itu bukan kali pertama Lee berhadapan dengan tokoh kenegaraan. Sebelumnya ia pernah bekerja untuk George W. Bush dan Barack Obama.
Kepala Divisi Juru Bahasa di Kementerian Luar Negeri AS itu merupakan lulusan jurusan musik di Universitas Yonsei, Seoul. Ia juga pernah menempuh pendidikan sekolah menengah di Iran selama tiga tahun.
Lee lalu meraih gelar master dari Universitas Hankuk jurusan terjemahan dan interpretasi. Setelah lulus, ia mengajar di Institut Hubungan Internasional Monterey, California, dengan jurusan yang sama.
Pada 2004, Lee kembali mengajar dan menjabat sebagai Kepala Pusat Terjemahan dan Interpretasi di sekolah pascasarjana Ewha. Di tahun yang sama ia meraih gelar doktor di bidang terjemahan dari Universitas Jenewa, Swiss.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang sempat menjadi reporter di media berbahasa Inggris, Yonsei Annals itu, mulai bekerja sebagai penerjemah diplomatis senior pada 2008.
Selain soal kemampuannya di bidang bahasa yang tak perlu lagi diragukan, Lee juga terkenal lantang menyuarakan feminisme sejak lama. Ia kerap menjawab orang-orang yang mempertanyakan pilihannya untuk tetap bekerja meski memiliki dua anak dan bagaimana perempuan sulit dapat pekerjaan hanya karena gendernya.
Lee sendiri memutuskan untuk membesarkan anaknya di AS setelah mengalami diskriminasi terhadap perempuan di Korea.
"Saya tidak bisa membesarkan anak perempuan saya di negara yang sangat mendiskriminasi perempuan," kata Lee, dikutip The Korea Herald, Selasa (12/6).
Lee pun berkeinginan untuk menulis buku tentang pengalamannya menjadi penerjemah dan perjalanannya bertemu banyak kebudayaan berbeda.
ADVERTISEMENT