Lima Kuburan Massal Rohingya Korban Pembantaian Ditemukan di Myanmar

1 Februari 2018 18:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa Rohingya (Foto: REUTERS/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Rohingya (Foto: REUTERS/Stringer)
ADVERTISEMENT
Lebih dari lima kuburan massal warga Rohingya berhasil dikonfirmasi keberadaannya oleh media. Saksi juga menggambarkan betapa mengerikannya pembantaian tersebut, tidak heran PBB memasukkannya ke dalam kategori genosida atau pembersihan etnis.
ADVERTISEMENT
Associated Press (AP) pada Kamis (1/2) merilis hasil penyelidikan mereka yang berhasil mengungkapkan keberadaan kuburan massal dan pembantaian di desa Gu Dar Pyin, Negara Bagian Rakhine. AP mewawancarai puluhan korban selamat Rohingya di kamp pengungsi Bangladesh dan melihat langsung video kuburan massal di ponsel mereka, dibuktikan keasliannya dengan tanggal perekaman.
Temuan ini adalah satu dari banyak bukti yang membantah klaim pemerintah Myanmar bahwa tidak pernah ada pembantaian Rohingya, apalagi kuburan massal. Myanmar hanya mengakui adanya satu kuburan massal, isinya hanya 10 orang teroris, di desa Inn Dinn.
Kepada AP, warga desa melaporkan adanya dua kuburan massal di bagian utara Gu Far Pyin. Dua kuburan massal lainnya dilaporkan terletak tidak jauh dari tempat itu.
ADVERTISEMENT
Banyak kuburan-kuburan massal kecil terserak di desa tersebut, sebagian dibuang begitu saja di kolam-kolam atau septik tank warga.
Mohamed Jabair (21), Warga Rohingya (Foto: REUTERS/Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Mohamed Jabair (21), Warga Rohingya (Foto: REUTERS/Jorge Silva)
Dalam video yang dilihat AP, tertanggal dua minggu setelah pembantaian tahun 2017, mayat-mayat dikubur di lubang dangkal sehingga mudah digali atau bagian tubuhnya menyembul ke permukaan. Wajah mereka rusak ditembaki atau meleleh terbakar air keras.
Saksi mengatakan, tentara sengaja membakar wajah para korban agar tidak dikenali. Air keras jadi salah satu barang bawaan tentara saat menyerang desa Gu Dar Pyin, selain senapan, pisau, peluncur roket, dan granat.
Dua hari sebelumnya, warga melihat tentara membeli air keras dalam 12 kontainer besar. Tentara juga membawa sekop dan pacul untuk menggali kuburan, menjadikannya sebuah pembantaian yang sistematis dan terencana.
ADVERTISEMENT
Warga yang merekam kuburan tersebut, Noor Kadir, mengaku hanya berhasil mengenali kawan-kawannya dari celana yang dikenakan, karena wajah mayat rusak parah.
Saksi kepada AP mengatakan ada lebih dari 200 tentara yang menyerbu desa mereka dari segala arah. Mohammad Sha (37) pemilik toko dan petani, melihat seluruh kejadian itu dari tempat persembunyiannya bersama ratusan warga desa lainnya.
Sha mengatakan, tentara masuk ke rumah-rumah warga Muslim Rohingya bersama dengan warga Buddha Rakhine yang wajahnya ditutupi kain. Warga Buddha Rakhine menjarah isi rumah Rohingya, membawanya dengan gerobak, sebelum membakar rumah tersebut.
Tentara menembaki warga, membantai mereka tanpa ampun. Setelah itu, tanpa diperintah, warga Rakhine menyisir desa dan menggorok leher-leher para korban yang masih hidup atau terluka.
Desa Rohingya (Foto: REUTERS/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Rohingya (Foto: REUTERS/Stringer)
Anak-anak dan orang tua dilemparkan begitu saja ke kobaran api. Noor Kadir tertembak dua kali di kakinya, tapi berhasil menyeret dirinya ke bawah jembatan. Dia keluarkan sendiri satu peluru dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Selama 16 jam bersembunyi, Kadir menyaksikan pembantaian yang durjana itu.
Pemerintah Myanmar tidak menjawab permintaan konfirmasi dari AP. Myanmar kini telah menutup akses ke Gu Dar Pyin, namun citra satelit menunjukkan jelas kerusakan desa tersebut.
Para tetua desa itu mengatakan sejauh ini didata 75 orang tewas, tapi jumlahnya diperkirakan jauh lebih banyak, mencapai 400 orang.
Utusan Khusus PBB untuk HAM di Myanmar, Yanghee Lee, mengatakan operasi militer terhadap Rohingya itu menunjukkan "tanda-tanda genosida."
Anak-anak Rohingya Bermain di Bangladesh. (Foto: AFP/Ed Jones)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Rohingya Bermain di Bangladesh. (Foto: AFP/Ed Jones)
Pada Desember 2017, lembaga Dokter Lintas Batas (MSF) melaporkan sedikitnya 6.700 warga Rohingya dibantai di Myanmar. Sekitar 730 di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Lebih dari 620 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh, menyelamatkan diri dari pembunuhan sadis.
ADVERTISEMENT
Kekerasan terhadap Rohingya bermula pada 25 Agustus 2017. Militer, polisi, dan warga Buddha Rakhine melakukan pembersihan desa Rohingya dengan alasan pembalasan atas serangan kelompok pemberontak Arakan.
PBB mengatakan laporan dari Dar Pyin harus diselidiki, misi pencari fakta dan media harus diberikan akses ke wilayah itu.
Sementara itu Human Right Watch menyerukan sanksi yang berat terhadap Myanmar dari Eropa dan Amerika.