LSI Denny JA: Hoaks Ratna Beri Sentimen Negatif ke Prabowo - Sandi

23 Oktober 2018 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto memberikan keterangan pers mengenai pernyataan bohong Ratna Sarumpaet di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (3/10). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto memberikan keterangan pers mengenai pernyataan bohong Ratna Sarumpaet di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (3/10). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kasus hoaks Ratna Sarumpaet berimbas pada sentimen negatif masyarakat terhadap pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis temuannya terkait hal itu. Menurut survei LSI, publik saat ini semakin khawatir dengan maraknya berita hoaks yang beredar di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Sebesar 75 persen publik menyatakan kekhawatiran mereka. Hanya di bawah 10 persen yaitu 8,7 persen publik yang menyatakanan tidak khawatir. Dari mereka yang khawatir dengan maraknya hoaks, sebesar 74,5 persen menyatakan bahwa mereka ingin hoaks dibersihkan dari media sosial," kata Peneliti LSI, Ikrama Masloman, di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (23/10).
Dari segi elektoral, dengan adanya isu hoaks Ratna Sarumpaet, menyebabkan 17,9 persen publik menjadi lebih tidak mendukung Prabowo - Sandi.
"Untuk 11,6 persen lebih mendukung, 49,8 persen sama saja, 17,9 persen lebih tidak mendukung, sedangkan 20,7 persen tidak tahu," kata Ikrama.
Ratna Sarumpaet batal diperiksa karena sakit. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ratna Sarumpaet batal diperiksa karena sakit. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Angka 17,9 persen tersebut belum terkonversi menjadi angka pendukung. Namun, hanya merupakan persentase adanya sentimen negatif terhadap pasangan Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Tetapi dengan adanya sentimen negatif tersebut berdampak juga pada adanya kecenderungan pemilih Prabowo pindah ke Jokowi. Terutama dalam segmen pemilih terpelajar dan segmen pemilih dengan penghasilan menengah ke atas.
Akibat kasus hoaks Ratna Sarumpaet, total pemilih kalangan terpelajar untuk Jokowi-Maruf meningkat, sementara untuk Prabowo - Sandi menurun. Dari kategori perguruan tinggi, suara Jokowi - Maruf pada September mencapai 40,5 persen dan karena adanya isu ini, suara pasangan tersebut naik menjadi 44 persen.
"Sedangkan Prabowo pada September 2018 mendapat dukungan 46,8 persen kini turun jadi 37,4 persen," ujar Ikrama.
Konferensi pers Lingkaran Survei Indonesia mengenai hoaks dan efek elektoral kasus Ratna Sarumpaet.  (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Lingkaran Survei Indonesia mengenai hoaks dan efek elektoral kasus Ratna Sarumpaet. (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan)
Selain itu, akibat kasus hoaks Ratna Sarumpaet, dukungan Jokowi - Maruf di segmen penghasilan menengah ke atas naik signifikan, sementara Prabowo - Sandi menurun signifikan.
ADVERTISEMENT
"Kategori pendapatan di atas 3 juta, Jokowi-Maruf pda September 2018 mendapatkan 46,2 persen naik di Oktober jadi 54,8 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi di September 2018 43,8 persen turun jadi 34,5 persen," ujar Ikrama.
Menurut Ikrama, efek elektoral Ratna Sarumpaet lebih terasa di segmen pendidikan dan pendapatan karena kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas lebih banyak mengakses informasi lewat media sosial.
"Kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas kurang menyukai pemimpin yang mudah terkecoh dan reaksioner hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kasus kubu Prabowo uang mengecam penganiayaan yang ternyata hanya sedot lemak," pungkas Ikrama.
Survei ini dilakukan dalam kurun waktu 10-19 Oktober 2018. Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah responden awal sebanyak 1.200 orang. Selain itu, survei ini pun dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuisioner. Margin of error dalam survei ini berkisar kurang lebih 2.8 persen
ADVERTISEMENT