Ma’ruf Amin: Gus Dur Saja Boleh Jadi Presiden, Giliran Saya Tak Boleh

10 Agustus 2018 18:50 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres Jokowi dan Cawapres Ma'ruf Amin melambaikan tangan seusai mendaftarkan diri di gedung KPU, Jakarta, Jumat (10/8/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
zoom-in-whitePerbesar
Capres Jokowi dan Cawapres Ma'ruf Amin melambaikan tangan seusai mendaftarkan diri di gedung KPU, Jakarta, Jumat (10/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
ADVERTISEMENT
Keputusan Joko Widodo memilih Ma’ruf Amin sebagai cawapres di Pilpres 2019 masih juga dipertanyakan. Padahal, pemimpin negara dari kalangan ulama bukan hanya Ma'ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf mengatakan, untuk bisa menjadi presiden atau wakil presiden tidak hanya berasal dari politikus murni, militer, atau pengusaha. Bahkan ulama juga bisa memimpin negara, seperti Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
“Memang yang boleh menjadi presiden politisi saja atau tentara saja, pengusaha saja, kiai tidak. Tentu boleh kiai juga boleh. Waktu Gus Dur jadi presiden boleh. Beliau kan kiai juga, giliran saya wakil presiden (masak) tidak boleh,” kata Ma’ruf di DPP PPP, Jakarta, Jumat, (10/8).
Ma’ruf merasa bersyukur ditunjuk Jokowi sebagai cawapresnya. Dia menilai, penunjukan dirinya sebagai cawapres merupakan penghargaan bagi para ulama.
“Karena itu saya bersyukur kepada Allah, terima kasih kepada Pak Jokowi. Saya anggap Pak Jokowi betul-betul dia menghargai ulama. Penunjukan saya itu saya anggap itu penghargaan kepada ulama,” ujar Ma’ruf yang sebelumnya pernah menjadi anggota legislatif dari PPP dan PKB ini.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum MUI itu menilai kegiatannya selama ini sebagai ulama sudah cukup membuatnya nyaman. Tapi, sebagai ulama juga harus siap jika negara membutuhkan, termasuk jadi cawapres.