Ma'ruf Amin: PA 212 Tidak Jelas Tujuannya, Malah Jadi Kegiatan Politik

25 November 2018 0:26 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cawapres no urut 1, Ma'ruf Amin. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres no urut 1, Ma'ruf Amin. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin, menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Yayasan Al-jihad Assalahuddin Al Ayyubi, Jalan Papanggo I, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyinggung banyak hal, termasuk awal mula ia membentuk Gerakan 212 pada 2016 silam. Ma'ruf menjelaskan, di dalam gerakan itu, banyak tokoh ulama yang terlibat, salah satunya Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab dan mantan Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI Bachtiar Nasir.
“(Gerakan) 212 itu saya yang bikin. Saya yang mengeluarkan fatwanya. Itu fatwa tentang penegakan hukum karena Ahok (Basuki Tjahaja Purnama, mantan Gubernur DKI Jakarta) menghina agama. Dibentuk Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia,” ujar Ma’ruf dalam acara bertajuk 'Dzikir Kebangsaan dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW' di lokasi, Sabtu (24/11).
Ma'ruf mengaku, sebelum 212 terbentuk, ia juga menjadi inisiator Gerakan 412. Namun, setelah Ahok dihukum dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara, Ma’ruf membubarkan GNPF.
ADVERTISEMENT
Adapun dua gerakan tersebut muncul sebagai reaksi dari ucapan Ahok saat berpidato di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada September 2016. Kepada warga Kepulauan Seribu, Ahok sempat menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51, yang kemudian dianggap memenuhi unsur penodaan agama oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
“212 selesai. GNPF MUI saya bubarkan. Karena masalahnya sudah selesai, (tapi) oleh kelompok tertentu dihidupkan lagi, (namanya) PA 212. Tidak jelas tujuannya. Ini malah jadi kegiatan politik. Begitu juga dibentuk GNPF Ulama, ulamanya mana? Fatwanya mana? Ini jadi gerakan politik. Ini kita waspadai,” terang Ma'ruf.
Selain itu, Ma'ruf juga menyinggung fenomena pembakaran bendera berlafaz tauhid. Dia menilai hal tersebut juga bagian dari upaya mengacaukan stabilitas politik nasional.
ADVERTISEMENT
“Semestinya tidak dibakar. Jadi ada upaya-upaya untuk mengacaukan bawa bendera di Hari Santri. Kasus, ya, (hanya) si pembawa bendera dan si pembakar, tapi dibawa ke nasional. Bubarkan Banser, bubarkan NU. Itu untuk menghancurkan Banser, menghancurkan NU,” tutup Ma’ruf.