Ma'ruf Peringati Maulid Nabi dengan Yusuf Mansur dan Mantu Jokowi

20 November 2018 17:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ma'ruf Amin saat peringatan Maulid Nabi di Medan.  (Foto: Dok. Tim media Ma'ruf Amin)
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin saat peringatan Maulid Nabi di Medan. (Foto: Dok. Tim media Ma'ruf Amin)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cawapres Ma'ruf Amin merayakan peringatan Maulid Nabi di Medan, Sumatera Utara. Peringatan Maulid yang diinisiasi relawan Jokowi-Ma'ruf tersebut, dihadiri beberapa tokoh yaitu Ustaz Yusuf Mansur, Wali Kota Binjai H. Muhammad Idaham, dan menantu Presiden Jokowi, Bobby Siregar.
ADVERTISEMENT
Dalam tausiahnya di hadapan Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin (Jamin), Ma'ruf meminta agar seluruh pendukung capres-cawapres menjaga sikap toleran dengan tidak saling bertengkar.
Ma'ruf mengatakan, sikap toleran itu sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga ia meminta seluruh pendukung, meski berbeda partai dan berbeda pasangan yang didukung, tetap harus menunjukkan sikap itu.
"Jadi berbeda partai pun harus toleran juga. Sesama anggota partai tidak perlu bertengkar. Berbeda capres, sebagai bangsa, kita harus tetap rukun. Inilah namanya toleran. Lakum dinukum waliyadin," kata Ma'ruf di lokasi, Selasa (20/11) seperti dikutip dari rilis tim media.
Ma'ruf menilai perlunya perilaku cinta dan kasih sayang antar sesama terus dikedepankan dan diutamakan. Meski berbeda, Ma'ruf mengimbau agar masyarakat untuk tidak saling membenci satu sama lain.
Yusuf Mansur (kiri), dan Ma'ruf Amin (Tengah) saat peringatan Maulid Nabi di Medan.  (Foto: Dok. Tim media Ma'ruf Amin)
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur (kiri), dan Ma'ruf Amin (Tengah) saat peringatan Maulid Nabi di Medan. (Foto: Dok. Tim media Ma'ruf Amin)
"Ini yang kita pahami. Maka berbeda agama, berbeda suku, tetap kita membangun mawaddah wa rahmah. Bukan saling membenci dan saling memusuhi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf pun bercerita bagaimana konflik terjadi antara saudara sebangsa. Hal ini, kata Ma'ruf, terjadi di beberapa negara Timur Tengah seperti di Suriah, Yaman, dan Afghanistan. Ma'ruf tidak ingin Indonesia menjadi seperti itu.
"Karena kita berpegangan pada prinsip ukhuwah islamiyah, sesama umat Muslim, sesama warga negara Indonesia," ujarnya.
Meski demikian, Ma'ruf mengatakan sikap saling benci dan saling memusuhi bisa diubah. Ia menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad SAW dengan santun mengubah perilaku umat di zamannya, meski membutuhkan waktu selama 21 tahun.
Cara yang sama juga dipakai oleh para kiai di masa lalu, yaitu dengan menasehati dan bukan memaki, mengajak dan bukan mengejek, merangkul dan bukan memukul.
"Sebagian besar kita ini adalah umat Muslim. Dengan kesukarelaan, tidak ada paksaan. Tidak ada paksaan dalam agama, tidak ada intimidasi, tidak ada teror," pungkasnya.
ADVERTISEMENT