Mahasiswa di Bandung Jual Agar-agar Sambil Buka Perpustakaan Keliling

5 Januari 2018 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi Rustandi  (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Rustandi (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
ADVERTISEMENT
Bisingnya suara kendaraan seakan menenggelamkan suara kicauan burung yang hinggap di rumah-rumah penduduk di Kelurahan Cipadung, Bandung pagi itu. Saat kebanyakan pekerja mulai sibuk dan bergelut dengan rutinitasnya, Budi Rustandi, salah satu warga Cipadung justru baru memulai harinya.
ADVERTISEMENT
Di kontrakan sederhana, Budi mulai mengolah aneka bahan untuk dijadikan sebuah kudapan kue agar-agar untuk dijual siang nanti. Pria berusia 28 tahun itu sudah berjualan kue agar-agar sejak 2013 lalu untuk menyambung hidup dan membiayai kuliahnya.
Budi Rustandi sedang berjualan (Foto: Facebook Budy Drunx Bunci)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Rustandi sedang berjualan (Foto: Facebook Budy Drunx Bunci)
Proses mengolah makanan selesai, Budi mulai menata dagangan di atas motor hasil sumbangan sang dermawan. Satu persatu disusun rapi kue agar-agar buatannya di dalam gerobak yang dikaitkan di atas motor. Di sisi lain gerobak, Budi mengisinya dengan buku-buku.
Jarum jam di dinding kontrakan menunjuk ke angka 10, waktunya Budi berkeliling. Dia mengunci pintu rumah lalu memacu motornya berkeliling desa.
Sembari melayani para pembeli, Budi juga menawarkan mereka untuk membaca buku yang dibawanya secara cuma-cuma. Beragam buku disediakan Budi, mulai dari komik, buku cerita, agama hingga filsafat.
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
Budi merupakan seorang mahasiswa semester 9 Fakultas Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, Bandung. Berangkat dari keluarga kurang mampu, pria kelahiran Bandung 1989 itu harus berdagang sambil kuliah untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.
ADVERTISEMENT
Ayah Budi meninggal dunia ketika dia berusia tujuh tahun, sejak saat itu dia harus bekerja membantu sang ibunda. Pekerjaan apapun dilakukan yang penting halal dan bisa menghasilkan uang.
"Dari dulu itu aku sudah tinggal sendiri, sekolah biaya sendiri dengan berjualan sendal kalau Sabtu dan Minggu," kata Budi saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Jumat (5/1).
Budi Rustandi sedang berjualan (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Rustandi sedang berjualan (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
Sempat putus sekolah saat SMA karena tak ada biaya, tapi Budi tak patah semangat. Dia memutuskan untuk mengambil Paket C agar bisa mengejar mimpinya di bangku kuliah.
"Kurang lebih tiga tahun aku vakum sekolah, sampai pada waktu itu aku ikut ujian paket C untuk lulus SMA, agar aku bisa neruskan pendidikan menjadi sarjana, " ucapnya.
ADVERTISEMENT
Selama berdagang tak jarang orang-orang memandangnya sebelah mata. Dia pernah diolok-olok karena pekerjaan sebagai tukang agar-agar tapi bermimpi ingin kuliah dan menjadi seorang sarjana.
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
"Dulu itu imajinasi cita-cita doang mau kuliah. Kalau cerita ke orang lain ketika keliling juar agar-agar di rumah pada bilangnya harus ngukur dulu, maksudnya ngukur diri dan ngukur finansial," tuturnya.
Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Cibiran orang tak dihiraukan. Budi berhasil kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati berkat usahanya sendiri.
Saat menjadi mahasiswa, Budi banyak bertemu teman dan para dosen. Pandangan dia tentang kehidupan semakin luas.
Berangkat dari tugas yang diberikan seorang dosen kala itu, Budi akhirnya memutuskan untuk menjadi seseorang yang lebih berguna meski dalam kondisi yang serba terbatas.
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membaca di perpustakaan keliling (Foto: Facebook Budy Drunx Buncir)
Hal yang bisa dilakukan kala itu adalah berdagang kue agar-agar keliling desa. Dia berpikir akan lebih bermanfaat bila gerobak yang dibawanya diisi juga dengan buku-buku yang bisa dibaca gratis oleh para pembeli yang sebagain besar anak-anak itu.
ADVERTISEMENT
"Karena ingin menjadi orang yang berguna untuk orang lain, muncul deh ide buat perpustakaan keliling ini, aku ingin ada gunanya ketika aku berjualan tidak hanya mereka mendapat agar-agarku tetapi mereka mendapat ilmu dari buku yang aku bawa. Ditambah lagi aku ingin menularkan minat baca dan berbagi ilmu dari buku-buku yang dibawa ke masyarakat," kata Budi
Puluhan buku bacaan tiap hari ia bawa, seperti novel, buku agama, komik, hingga buku filsafat. Semua buku tersebut koleksi miliknya selama ini.
Anak-anak membaca buku perpustakaan milik Budi (Foto: Facebook/ Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak membaca buku perpustakaan milik Budi (Foto: Facebook/ Budy Drunx Buncir)
Menurut anak sulung dari tiga bersaudara ini, respon masyarakat terhadap perpustakaan keliling miliknya cukup baik. Beberapa masyarakat tidak hanya sekedar membaca sepintas saja, namun juga ada yang meminjam untuk dibaca di rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Antusiame warga sekitar hingga saat ini alhamdulillah bagus. Tiap harinya sedikitnya ada 20 orang yang membaca buku yang aku bawa. Pembacanya pun dari beragam umur, dari kanak-kanak hingga orang dewasa, tukang becak dan pedagang lainnya juga ikut baca," ujar Budi.
Perpustakaan keliling milik Budi tidak hanya memfasilitasi buku-buku untuk dibaca oleh masyarakat. Tetapi Budi juga menyempatkan berdiskusi tentang buku yang dibaca oleh masyarakat sesama pedagang maupun warga sekitar.
Anak-anak membaca buku perpustakaan milik Budi (Foto: Facebook/ Budy Drunx Buncir)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak membaca buku perpustakaan milik Budi (Foto: Facebook/ Budy Drunx Buncir)
Dedikasinya untuk meningkatkan minat baca masyarakat terutama anak-anak membawa berkah baginya. Banyak orang yang bersimpati kepada Budi atas tekadnya dan niat mulianya untuk menularkan minat baca kepada masyayrakat.
"Alhmadulillah sih bisa dapat motor dari pemberian orang yang simpati terhadap saya, dan kemarenpun bisa ke Tanah Suci Mekah buat umroh. Bersyukur niat baik pasti dapat balasan yang lebih baik,"tandasnya.
ADVERTISEMENT
Kini motor pemberian dari orang tersebut, ia pakai untuk perpustakaan kelilingnya. Dalam sehari ia dapat membawa buku bacaan hingga 150 buah buku.