Mahasiswa ITB Ciptakan Kapal Selam Mini Tanpa Awak

24 Mei 2018 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Selam Mini saat di Pamerkan (Foto: dok.itb.ac.id )
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Selam Mini saat di Pamerkan (Foto: dok.itb.ac.id )
ADVERTISEMENT
Tiga mahasiswa ITB Silmi Ath Thahirah, Albertus Adrian, dan Muhammad Hanif menciptakan kapal selam mini sebagai tugas akhir mereka. Kapal selam itu, berfungsi untuk mengeksplor kedalaman lautan tanpa awak.
ADVERTISEMENT
Inovasi teknologi itu bernama Arnadyaksa, atau Autonomous Underwater Hybrid Glider. "Arnadyaksa wahana bawah air ini mampu mengeksplorasi lautan Indonesia dengan manuver yang tinggi dan daya tahan yang cukup lama,” ujar Adrian, dalam rilis ITB, Kamis (24/5).
Glider yang dimaksud adalah sebuah “kapal selam” ukuran kecil tanpa awak yang bisa bergerak tanpa motor kovensional. “Benda ini menggunakan prinsip gaya apung Archimedes untuk menunjang mobilisasinya,” lanjutnya.
Adrian mengatakan, Arnadyaksa dilengkapi dengan alat penghisap semacam piston untuk menyedot dan membuang air saat bekerja sehingga ia bisa bergerak maju mundur secara vertikal zig-zag di dalam air.
Selain itu, ia juga dilengkapi oleh sensor inersia untuk menjaga keseimbangannya di dalam air agar tidak mengalami kemiringan dalam menentukan koordinat posisi.
Pembuat kapal selam mini (Foto: dok.itb.ac.id )
zoom-in-whitePerbesar
Pembuat kapal selam mini (Foto: dok.itb.ac.id )
“Inovasi ini berkisar di harga 12-13 juta karena masih dalam tahap prototipe. Kita yakin untuk tahap yang lebih besar bisa mengurangi biaya ini apalagi kalau memungkinan untuk diproduksi secara massal,” ucap Adrian.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa angkatan 2014 itu mengaku, ide pembuatan glider ini muncul mengingat Indonesia merupakan negara dengan potensi kekayaan laut yang luar biasa. Kapal selam mini tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mengeksplorasi laut dengan biaya yang lebih murah.
”Glider dapat menjawab permasalahan bahan bakar kapal selam eksplorasi yang saat ini tergolong mahal, dan juga hemat energi karena memanfaatkan fenomena fisis untuk bergerak,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pengembangan wahana ini harus terus menerus dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan serta mengoptimalkan biaya produksi glider tersebut. “Kami berharap pemerintah tertarik dan melirik ide kami ini, sehingga tujuan untuk eksplorasi dan penelitian laut dalam dapat cepat tercapai,” pungkasnya.