Mahasiswa UGM Gelar Aksi Lawan Rasisme dengan Bagi-bagi Pisang

23 Agustus 2019 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aliansi solidaritas mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Papua di Bundaran UGM Yogyakarta, Jumat (23/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aliansi solidaritas mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Papua di Bundaran UGM Yogyakarta, Jumat (23/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Aliansi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi solidaritas untuk Papua di Bundaran UGM Yogyakarta, Jumat (23/8). Dalam aksi itu, mereka membagikan pisang sebagai bentuk perlawanan terhadap rasisme.
ADVERTISEMENT
Koordinator aksi, Zafitra Emiral, menjelaskan gerakannya itu menyoroti bagaimana hak asasi manusia (HAM) diinjak-injak. Padahal, HAM adalah sesuatu yang paling mendasar dalam kehidupan.
“Pisang, jadi sebenarnya karena kita berangkat dari istilahnya ada penghinaan ada perendahan dengan kata-kata monyet. Maka dari itu, kita sampaikan kepada seluruhnya bahwa kita adalah Papua. Kalau ada orang bilang Papua monyet, maka kita semua monyet. Jadi okelah kita bagikan pisang ini semua karena kita monyet,” ujarnya di lokasi.
Aliansi solidaritas mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Papua di Bundaran UGM Yogyakarta, Jumat (23/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Emiral meminta Presiden Jokowi segera menuntaskan segala kasus rasisme dan tindakan yang tidak berperikemanusiaan kepada warga Papua. Dia juga meminta untuk tidak melakukan pendekatan yang bersifat militeristik dalam kasus ini.
“Mendorong Komnas HAM untuk investigasi tindak pelanggaran hak asasi manusia yang diduga dilakukan oknum,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, peserta aksi juga mengenakan berbagai pakaian khas untuk menegaskan bahwa bangsa Indonesia itu tidak pernah mengotak-kotakkan masyarakat.
“Termasuk tuntutan kita bahwa sebenarnya, kita kepada masyarakat berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan rasisme ini. Jadi benar-benar semuanya sama haknya, sama, mau itu Papua, mau itu Jawa, luar Jawa, itu sama,” ujarnya.
Aliansi solidaritas mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Papua di Bundaran UGM Yogyakarta, Jumat (23/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Insiden di Asrama Papua Surabaya kemarin menurutnya merupakan titik ledak dari tindakan rasis selama ini. Selain mengutuk keras, kasus rasial itu juga harus tuntas di akarnya agar tidak kembali terjadi.
“Diusut secara tuntas. Di sini benar-benar harus menyelesaikan sekarang. Menekankan segera mungkin dilakukan,” katanya.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa Papua yang ikut dalam aksi itu, Regy Yigibalam, mengatakan rasisme kepada warga Papua sudah terjadi cukup lama. Di Yogyakarta kejadian serupa pernah terjadi.
ADVERTISEMENT
“Kondisi seperti sekarang, rasisme sendiri dipelihara oleh militer, karena kita tahu kronologi terjadi di Surabaya seperti apa,” katanya.
“Tahun 2016 sama halnya kejadian di halaman Asrama (Papua di Yogya), itu kan dari jam 6 sampai 9 malam diucapkan (rasis),” ujarnya.