Manuver JK Jelang Pilpres 2019

4 Juli 2018 8:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
JK di acara pelepasan peserta Mudik Bersama DMI. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
JK di acara pelepasan peserta Mudik Bersama DMI. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla (JK) secara intensif mulai mendekati tokoh-tokoh parpol lain. Mulai dari menggelar pertemuan dengan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden PKS Sohibul Iman, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, hingga dua kali semobil dengan Anies.
ADVERTISEMENT
Pertemuan-pertemuan yang digelar jelang pendaftaran capres-cawapres tersebut, menimbulkan spekulasi dari publik. Manuver politik apa yang tengah dipersiapkan oleh JK?
Pengamat politik CSIS Arya Fernandes menyebut pertemuan JK dengan sejumlah tokoh politik tersebut belum tentu ditujukan untuk dirinya sendiri. Menurutnya, bisa jadi saat ini JK justru tengah menyiapkan diri untuk menjadi king maker.
Arya Fernandes. (Foto: Facebook/Arya Fernandes)
zoom-in-whitePerbesar
Arya Fernandes. (Foto: Facebook/Arya Fernandes)
"Pergerakan Pak JK itu tidak bisa dibaca cukup JK sendiri. Bisa juga ia melakukan itu untuk kepentingan orang lain. Misalnya Anies Baswedan. Saya kira, kalau Pak JK maju itu kemungkinannya rendah," ucap Arya kepada kumparan, Rabu (4/7).
Sebab, menurutnya, JK tidak memiliki partai pendukung yang cukup. Apalagi, dengan waktu pendaftaran yang tinggal satu bulan, mengumpulkan dukungan dari parpol adalah hal yang sulit.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, jika mengharapkan Golkar untuk mendukung juga tidak mudah. Karena sudah hampir pasti Golkar akan memberikan dukungannya ke Jokowi," lanjutnya.
Anies Baswedan di kediaman Prabowo (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan di kediaman Prabowo (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Sehingga, menurut Arya akan jauh lebih memungkinkan jika JK maju sebagai king maker untuk calon tertentu. Misalnya dengan menyodorkan Anies Baswedan ke Prabowo atau ke AHY.
"Kalau asumsinya JK maju, maka yang paling terkikir suaranya adalah suara Prabowo di luar Jawa. Nah, tentunya Prabowo ini berkeinginan agar JK tidak maju sehingga suaranya tidak tergerus," ungkap Arya.
Sadar akan hal itu, menurut Arya, JK kemudian bisa jadi memanfaatkan hal itu untuk mengajukan nama pendamping untuk Prabowo seperti Anies Baswedan.
Pengamat Politik UIN, Adi Prayitno. (Foto: Facebook/ @Adi Prayitno)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat Politik UIN, Adi Prayitno. (Foto: Facebook/ @Adi Prayitno)
Namun, menurut pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, ada beberapa kemungkinan yang bisa dibaca dari pertemuan-pertemuan politik yang dilakukan JK. Salah satunya adalah munculnya duet antara JK dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
ADVERTISEMENT
"Demokrat memang agresif untuk menduetkan keduanya. Kan harapan besarnya, Pak JK ini bisa membawa gerbong Golkar menjadi bagian dari koalisi. Jadi mungkin ini akan jadi poros alternatif yang sebetulnya dikehendaki oleh Demokrat," ucap Adi.
Menurutnya, bisa jadi JK juga memiliki keinginan besar untuk membentuk poros baru dan maju sebagai capres bersama AHY. Sebab, menurut Adi, hanya dengan dua partai saja, Golkar dan Demokrat, sudah cukup untuk mengusulkan capres-cawapres sendiri.
"Dan pasangan ini, saya kira menjadi penting ya. Karena Pak JK mencerminkan kekuatan politik Islam. Dia kan hampir semua kalangan Islam bisa menerima, dan Pak JK juga dianggap merepresentasikan kekuatan politik di luar Jawa," ujarnya.
AHY di Pelantikan Pengurus PD Banten (Foto:  ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
zoom-in-whitePerbesar
AHY di Pelantikan Pengurus PD Banten (Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
Di sisi lain, AHY dianggap mampu menjadi perwakilan dari kalangan militer dan mewakili kalangan muda. Sehingga, menurut Adi, perpaduan antara JK-AHY ini bisa menjadi alternatif yang cukup komplit untuk diterjunkan di Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
"Tapi bisa juga JK tidak maju, tapi menjadi king maker dan mendukung Anies. Karena kita tahu, majunya Anies Baswedan saat Pilkada DKI lalu juga tidak terlepas dari campur tangan Pak JK untuk meyakinkannya menjadi pasangan Sandiaga Uno," lanjut Adi.
Menurut Adi, kemungkinan-kemungkinan tersebutlah yang membuat pertarungan Pilpres 2019 menjadi semakin menarik jelang masa pendaftaran dimulai. Jika poros ketiga itu muncul, maka publik bisa mendapatakan pilihan yang lebih variatif.
"Tidak boleh hanya Jokowi dan Prabowo saja. Jadi sekaranng banyak yang berandai-andai, jangan-jangan Pak JK benar-benar mau maju lagi atau jangan-jangan hanya sebagai king maker, begitu," tandasnya.