Mari Belajar dari Pertarungan Ganjar vs Sudirman yang 'Adem Ayem'

23 Mei 2018 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Berebut kekuasaan tak melulu harus membuat masyarakat bersitegang, 'perang otot', dan akhirnya memecah menjadi dua kelompok. Tapi pesta demokrasi bisa juga diwujudkan dengan suka cita dan suasana yang adem ayem.
ADVERTISEMENT
Pilgub Jawa Tengah 2018 yang mempertarungkan Ganjar Pranowo-Taj Yasin vs Sudirman Said-Ida Fauziyah bisa menjadi contoh pilkada-pilkada lain, termasuk Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres).
Adalah video berdurasi 45 detik berisi ucapan selamat ulang tahun dari Ganjar Pranowo untuk Sudirman Said pada Senin (16/4), yang dinilai jadi awal potret guyubnya Pilgub Jateng. Dalam video itu, Ganjar bahkan me-mention langsung akun Sudirman Said dan akun pendukungnya.
"Saya sampaikan selamat ulang tahun, panjang umur, sehat selalu, mudah rejeki, jaga kesahatan, Pak, karena lagi musim kampanye. Mudah-mudahan Bapak diberikan selalu kebahagiaan," ucap Ganjar.
"Salam untuk keluarga, kami ikut bahagia, apalagi kalau kami diajak ulang tahun makan bareng, wah pasti lebih top," imbuhnya disertai gurauan.
ADVERTISEMENT
Gayung bersambut. Ternyata video ucapan itu disaksikan oleh Sudirman Said. Melalui akun Twitter, mantan Menteri ESDM itu membalas cuitan Ganjar dengan ajakan makan malam di angkringan lengkap dengan lokasi, tanggal dan jamnya.
Sejatinya, Sudirman tentu punya nomor HP Ganjar untuk sekadar mengajak makan malam, pun sebaliknya, sehingga mereka berdua bisa berkomunikasi secara pribadi. Tapi komunikasi di media sosial tampaknya memang maha penting untuk menunjukkan kerukunan.
"Saya sempet mikir, nanti Pak Dirman datang dengan siapa ya? Kalau dengan timnya, saya juga datang dengan tim. Tapi yo wes datang saja, ternyata cuma Pak Dirman dengan Mba Ida. Ha..ha..," cerita Ganjar seperti menertawakan diri, saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (21/5).
Ganjar-Yasin dan Dirman-Ida di angkringan. (Foto: Humas Ganjar Pranowo)
Terjadilah pertemuan itu, mereka makan di angkringan dengan lahap sambil berbincang layaknya dua sahabat lama yang tak pernah bicara. Maklum, setenang apa pun Pilkada, pertentangan itu dirasakan.
ADVERTISEMENT
Tapi tak sekadar makan, Ganjar ternyata menyiapkan 'siasat' lain dalam pertemuan itu. Dia sudah membawa karikatur yang menampilkan Ganjar mengangkat simbol nomor urut Sudirman Said, dua. Sementara Sudirman menunjukkan nomor urut milik Ganjar, satu.
Ganjar-Yasin dan Dirman-Ida di angkringan. (Foto: Humas Ganjar Pranowo)
Keduanya digambarkan berpelukan. Tak hanya itu, di atasnya karikatur, ditulis slogan gabungan Ganjar-Sudirman menjadi 'Jateng Gayeng Mukti Bareng'.
"Saya bilang harus asoy. Makanya saya ketemu Pak Dirman bisa foto-foto, ngevlog bareng, kan begitu. Meskipun ya orang mungkin akan berpikir juga, tapi hatinya kan belum tahu. Ya fisiknya kan perlu kita tampilkan toh," ucap Ganjar memenangkan hati Sudirman Said saat itu.
Sekitar sepekan setelah pertemuan itu, keduanya bertemu lagi namun di panggung debat Pilgub Jateng kedua. Betapa pun ketegangan bisa diredam oleh manisnya lauk angkringan, tapi debat tetaplah debat yang mempertontonkan pertarungan. Tapi perdebatan selesai dipanggung debat.
ADVERTISEMENT
Ganjar bercerita dia sangat mengkhawatirkan Pilgub Jawa Tengah memecah belah warga Jawa Tengah seperti halnya Pilgub DKI Jakarta 2017. Masyarakat terbelah secara ekstrim dan memicu gelombang ketegangan yang mengkhawatirkan, bahkan secara nasional.
"Ketika kita bisa memberikan contoh agar kemudian para supporternya bisa mendukung dan acara-acaranya baik juga, maka demokrasi itu bisa tersenyum kok. Demokrasi bisa berdebat asyik-asyik dan enggak marahan. Demokrasi bisa menampilkan data-data pembanding sehingga masyarakat bisa memilih dan memilah. Itu kan edukasinya di sana," beber pria berambut putih itu.
Ganjar mencermati Pilkada lain seperti di Jawa Barat yang ikut memanas karena perdebatan di panggung meluas hingga saat ini, hanya gara-gara kampanye #2019GantiPresiden di panggung debat oleh salah satu pasangan calon.
ADVERTISEMENT
"Saya khawatir, kan sudah ada contohnya kan. Saya enggak mau di perdebatan kemarin, kaus muncul geger. Kan enggak enak. Kita ketawa-ketawa aja deh. Saya itu habis debat saja saya datengi kok lawan saya, maaf ya kalu saya ada yang salah," cerita Ganjar.
Ganjar Pranowo saat Menyambangi Kumparan (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Meski begitu, Pilgub yang adem ayem sebetulnya dikhawatirkan justru membuat masyarakat tidak tertarik untuk terilbat dalam Pilkada. Asumsi yang sama saat Pilgub DKI meledak dengan beragam isu, dinilai mempengaruhi tingkat partisipasi masyarat yang tinggi.
Soal ini, Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini, punya pandangan partisipasi masyarakat bisa tetap tinggi meski Pilgub adem ayem.
"Soal angka pengguna hak pilih saya kira tak akan berpengaruh banyak, sebab suasana pilkada serentak yang berbarengan di 171 daerah akan ikut menggerakkan pemilih untuk pergi ke TPS. Apalagi 27 Juni 2018 akan diliburkan secara nasional," ucap Titi Anggraini kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Namun Titi menilai Pilgub yang tampak seperti adem ayem, bisa jadi hanya pengamatan di permukaan, karena di masyarakat bawah 'pertempuran' itu bisa benar-benar terjadi.
"Di akar rumput sebenarnya juga relatif kompetitif dengan calon yang head to head. Kondisi ini memang tidak bisa menyamai Jakarta karena karakter petahana yang berbeda dan sentimen emosional berbasis SARA yang tidak menjadi isu utama," pungkasnya.
Pilgub Jawa Tengah menyisakan sekitar sebulan lagi masa kampanye sebelum pemungutan suara pada 27 Juni 2018 serentak dengan 170 Pilkada lain di Indonesia.