COVER LIPSUS INDONESIA TANPA FEMINIS

Mariana Amiruddin: Feminisme Dibutuhkan

8 April 2019 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan dan belenggu patriarki Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan dan belenggu patriarki Foto: Herun Ricky/kumparan

Feminisme dibutuhkan selama kekerasan seksual, diskriminasi, dan penindasan terhadap perempuan masih terjadi.

Kemunculan akun Instagram @indonesaitanpafeminis sejak pertengahan Maret lalu cukup jadi pembicaraan di dunia maya. Akun ini kerap menggunakan tagar #Indonesiatanpafeminis dan #uninstallfeminism dalam mengampanyekan pandangannya, salah satunya yakni “Tubuhku bukan milikku, melainkan Allah.”
Beberapa catatan pendek seperti ‘lawan pemikiran feminisme’ dan ‘wanita yang tidak ingin generasinya terkena racun feminisme’ pun turut melengkapi pelbagai unggahan foto mereka yang mengatasnamakan kelompok Islam.
Mereka yang anti pada feminisme beralasan bahwa perempuan tidak perlu menuntut kesetaraan. Sebab dalam Islam perempuan telah dimuliakan, bukan hanya disetarakan.
Tak ayal kampanye ini pun menjadi perdebatan. Banyak kalangan yang mendukung maupun menentang.
Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin menilai bahwa gerakan Indonesia Tanpa Feminis dilatarbelakangi ketidakpahaman beberapa kelompok Islam terhadap arti feminis dan tujuan perjuangan sebenarnya.
“Disangkanya barangkali kalau my body is mine itu kita boleh melakukan apa saja yang sifatnya melewati normativitas. Padahal dalam konsep feminisme, my body is mine itu artinya adalah integritas diri, berupa tubuh perempuan yang harus kita proteksi, harus kita jaga,” kata Mariana, Di Hotel Mercure, Sabang, Jakarta Selatan, Kamis (4/4).
Kepada kumparan, Mariana merespons berbagai tudingan yang kerap disematkan kepada feminis. Berikut petikan wawancaranya.
Mariana Amiruddin, Komisioner Komnas Perempuan. Foto: Dwi Herlambang/kumparan
Bagaimana tanggapan Anda soal gerakan Indonesia Tanpa Feminis?
Itu hak mereka. Tapi yang aku baca itu kan my body is not mine, sebenarnya itu mungkin ada kesalahan cara memahami feminisme.
Jadi barangkali disangkanya kalau my body is mine itu artinya kita boleh melakukan apa saja yang sifatnya melewati normativitas. Padahal kalau dalam konsep feminisme, my body is mine artinya adalah integritas diri saya sendiri.
Artinya tubuh perempuan itu harus kita proteksi, harus kita jaga, dan kita harus tahu bahwa tubuh kita sebagai perempuan tidak boleh dijadikan objek seksual.
Sehingga kita harus menyadari sebagai perempuan bahwa tubuh kita ini kita sendiri yang tahu. Kalian tidak boleh mengintervensi atau pun merusak keintegritasan tubuh kita. Itu Intinya.
Saya sih melihatnya nggak ingin menjadikan (kampanye antifeminis) ini sebagai sebuah permusuhan. Tapi sebaiknya kita buka dialog. Sebenarnya feminis ini apa sih? Apa yang ada di pikiran kalian dan apa yang ada di pikiran kami. Kalau perlu, mereka juga memberikan kontribusi konsep feminisme macam apa yang diperlukan bangsa ini.
Ilustrasi Perempuan Anti Feminis. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
Mereka kerap mempertentangkan feminisme dan Islam. Bagaimana tanggapan Anda?
Yang saya tahu bahwa semua agama itu punya prinsip yang sama soal kemanusiaan. Soal bagaimana menempatkan perempuan sebagai makhluk yang bermartabat.
Jadi, alangkah aneh bila ada agama yang justru mendiskreditkan perempuan. Karena dalam sejarah, Rasulullah sendiri dalam Islam kan paling banyak kata-kata memuliakan perempuan. Hal yang membedakan laki-laki dan perempuan itu hanya keimanannya saja.
Jadi, sebenarnya dalam agama pun, mereka punya prinsip yang tidak terlalu jauh berbeda dengan feminisme. Prinsipnya adalah kemanusiaan. Hanya yang satu melalui perintah tuhan, yang satu melalui keilmuan.
Argumennya perempuan tak butuh disetarakan karena sudah dimuliakan…
Ketika kita bisa setara, tidak ditindas, dan tidak dijajah lagi, itu kan artinya mulia. Kaya kita bisa ngobrol tanya jawab begini kan sesuatu yang menyenangkan. Bukan teror.
Setara itukan sesuatu yang menyenangkan dan sesuatu yang mulia. Kalau kita diperbudak, kan nggak mulia. Sesimpel itu sebenarnya.
Ilustrasi Kajian Perempuan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ada anggapan bahwa feminisme berangkat dari prasangka buruk terhadap Islam, terhadap Tuhan, karena kemalangan perempuan adalah takdir.
Kalau ada perempuan diperkosa sama ayahnya sendiri, apakah itu takdir? Kalau menurut saya, menurut feminisme, kalau ada ketidakadilan maka kita harus menciptakan perubahan. Kayaknya agama juga gitu deh.
Kenapa Nabi Muhammad dijadikan Rasul-nya Allah? karena dia diperintah untuk membuat perubahan supaya umat manusia itu menjadi adil. Jadi, nggak ada kejahatan itu dianggap sebuah takdir. Melainkan suatu yang harus diubah supaya orang menjadi lebih baik.
Kalau merujuk sejarahnya, sejak kapan gerakan antifeminisme di Indonesia berkembang?
Antifeminis itu ada sejak reformasi. Begitu keran kebebasan dibuka, semua orang bisa berpendapat. Perempuan bisa memimpin, perempuan bisa menjadi politisi, menteri, anggota DPR, direktur perusahaan, ustazah. Semua orang bisa bicara apa saja.
Jadi sejak itu lah titik antifeminisme muncul bersuara. Mereka tidak tahu bagaimana perjuangan feminis sebelum mereka bisa bicara seperti sekarang.
Salah Kaprah Feminisme Foto: Satrio Herlambang Putra/kumparan
Seperti apa salah paham yang biasanya terjadi menurut Anda?
Mereka mungkin melihat feminis itu pengen telanjang dada atau gimana, yang sebenarnya bukan begitu. Jadi mereka punya sedikit informasi dan mereka ingin berpendapat. Mereka ingin anti terhadap feminis karena informasi yang sedikit tadi itu. Kalau menurut saya solusinya, ayo kita buka diskusi yang antifeminis dan yang feminis.
Gerakan antifeminis ini kemudian menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sedang kalian perjuangkan.
(Mereka melihat) RUU PKS ini juga salah. Dari cara mereka melihat RUU PKS itulah, kita juga bisa melihat sedikit ada kesalahpahaman terhadap feminisme. Kayak misalnya, melegalkan zina. Dari mana melegalkan zina? Pasal zinanya itu ada di sebelah mana? LGBT-nya ada di sebelah mana? kan nggak ada.
Kita itu mau merangkul orang yang mengalami kejahatan seksual bukan orang yang mau berzina. Beda banget. Jauh.
Anggota Aliansi Perempuan Bali meneriakan yel-yel dalam kampanye publik Hari Perempuan Internasional 2019 pada acara hari bebas kendaraan di Denpasar, Bali, Minggu (10/3). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Bagaimana cara Anda bersama Komnas Perempuan meyakinkan para antifeminis terkait RUU PKS ini?
Kalau di ruang diskusi bahkan kampus-kampus yang sangat religius ya, karena ada dialog di situ harusnya bisa mengerti karena kita bertatapan langsung, tanya jawab. Ada kritik, ada masukan, ada pertanyaan, kita bisa jawab. Bahkan, ada tambahan juga dari audience pun, dari masyarakat itu bisa terima, bisa diskusi.
Selama enggak ada diskusi, enggak (ada) ruang buat berdialog, bercakap-cakap, gimana kita bisa memberitahu bahwa itu salah paham. Kita ajak untuk diskusi aja mereka mengelak. Mungkin masih malu ya. Mesti pelan-pelan kitanya. Tapi kita nggak boleh juga memusuhi mereka. Karena ini era kebebasan orang mau berpendapat.
Gerakan Feminisme di Indonesia Foto: Basith Subastian/kumparan
Menurut Anda, Indonesia masih membutuhkan feminis?
Kalau pertanyaan masih butuh enggak? Kita enggak akan butuh feminis kalau udah enggak ada lagi perdagangan di luar, enggak ada lagi TKW diperkosa, enggak ada lagi anak-anak perempuan diperkosa sama ayahnya sendiri.
Kalau misalnya enggak ada laporan lagi yang seram-seram ke Komnas Perempuan, itu artinya feminis sudah selesai. Selama itu masih ada, feminis harus tetap ada.
Kalau enggak (ada feminis) siapa yang mau memperjuangkan? Kalau ibu kita dipukulin, siapa yang mikirin? Feminis. Kalau dilecehin di Transjakarta, atau di kereta, siapa yang mikirin? Feminis.
Apakah tren kekerasan seksual terhadap perempuan makin tinggi?
Kalau laporan yang diterima oleh Komnas Perempuan makin tinggi. Karena (mereka) sudah berani untuk melaporkan dan mereka mulai percaya diri bahwa mereka harus mencari keadilan. Mereka tahu ada feminis yang akan membela mereka.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten