Ma'ruf Amin Ajak 'Cancut Taliwondo' Atas Pidato Jokowi, Apa Maksudnya?

15 Juli 2019 2:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ma'ruf Amin saat menyampaikan pidato kemenangan di Sentul International Convention Center (SICC), Minggu (14/7). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin saat menyampaikan pidato kemenangan di Sentul International Convention Center (SICC), Minggu (14/7). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden terpilih Joko Widodo membacakan pidato kemenangannya di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, Minggu (14/7). Dalam acara tersebut, Wapres terpilih Ma'ruf Amin mengajak masyarakat Indonesia untuk 'cancut taliwondo' dalam menyikapi visi yang disampaikan Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Visi sudah disampaikan oleh Bapak Jokowi, presiden kita. Karena itu, mari kita siap 'cancut taliwondo' untuk siap berbakti bagi nusa dan bangsa," kata Ma'ruf di depan massa pendukungnya, di SICC, Minggu (14/7).
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan 'cancut taliwondo'?
Dalam bahasa Jawa, 'cancut' bisa diartikan sebagai menyingsingkan baju. Sedangkan kata 'cancut taliwondo' memiliki makna bergegas berangkat untuk mengerjakan tugas.
Menurut situs Kemendikbud, istilah tersebut bisa dimaknai sebagai ikut bekerjasama sekuat tenaga dan tidak hanya berpangku tangan. Selain itu, kata 'cancut taliwondo' juga bisa diartikan sebagai ajakan bagi seluruh pihak untuk ikut berpartisipasi atau berkontribusi terhadap suatu hal.
Sedangkan dalam situs resmi NU, dijelaskan kata 'cancut taliwondo' adalah sebuah istilah dalam pewayangan yang menggambarkan diplomasi dalam menghadapi perang. Istilah itu, kemudian dirumuskan oleh KH Wahab Hasbullah menjadi sebuah konsep politik kontemporer.
Pendukung Jokowi-Ma'ruf di acara pidato kemenangan di Sentul International Convention Center (SICC), Minggu (14/7). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Konsep itu kemudian disampaikan oleh Presiden pertama RI Soekarno saat mengalami kesulitan dalam melaksanakan program Trikora pembebasan Irian Barat. Saat itu, banyak pihak yang menentang program Trikora. Padahal, program itu sudah direncanakan dalam sidang BPUPKI.
ADVERTISEMENT
Namun, Bung Karno tetap bersikeras melaksanakan program tersebut, meski ditentang oleh wakilnya, Moh Hatta. Menghadapi hal itu, Bung Karno lantas menerima nasihat Wahab Hasbullah yang saat itu merupakan Rais Aam PBNU untuk menjalankan diplomasi 'cancut taliwondo'.
Dalam strategi 'cancut taliwondo', langkah yang diambil harus menyehatkan kehidupan politik di dalam negeri. Konsep yang disampaikan Wahab Hasbullah kepada Soekarno tersebut terdiri dari delapan pemikiran utama, yaitu:
1. Seluruh parpol harus diberi jaminan untuk bisa berpartisipasi secara adil dan jujur.
2. Rakyat harus dibebaskan dari kemiskinan dengan cara memeratakan keadilan dan memberantas korupsi.
3. Industri rakyat harus dilindungi dan diberi bantuan yang layak
4. Penghematan harus dilakukan oleh seluruh kalangan, bukan hanya kalangan bawah saja.
ADVERTISEMENT
5. Hak demokrasi harus dilonggarkan agar rakyat mendapat kebebasan berpendapat, terutama dalam dakwah.
6. Umat Islam jangan terus dicurigai karena itikad mereka adalah hendak menyelamatkan bangsa dan negara.
7. Butuh waktu untuk menjalankan diplomasi ini, karena menata masalah dalam negeri yang kompleks butuh waktu cukup lama dan juga kerja keras.
8. Indonesia tidak bisa melakukan diplomasi dengan Belanda secara jantan dan setara jika kondisi militer keropos. Untuk itu, militer harus diperkuat.
Diplomasi 'cancut taliwondo' yang disampaikan Kiai Wahab itu, kemudian menguatkan semangat Bung Karno untuk membebaskan Irian Barat. Setelah Irian Jaya berhasil dibebaskan, oleh Presiden Abdurrahman Wahid, nama Irian Jaya diganti menjadi Papua.