Masa Remaja Saya Dihabiskan dengan Baca Majalah Hai dan Dengerin Lagu

8 November 2018 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenang Detak Media Cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengenang Detak Media Cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ratusan majalah tertumpuk rapi mengisi bilik kamar Maulana Fadilah. Ada beberapa jenis majalah yang ia simpan, namun yang paling digemari dan terbanyak di antara yang lain yaitu adalah majalah Hai.
ADVERTISEMENT
Kecintaannya membaca majalah muncul karena 'teracuni' oleh sang ibu. Ketika masih duduk di bangku SD, Maulana kerap diberi majalah anak oleh Ibunya untuk menemani waktu luang.
Dari situ, hobi membaca berlanjut hingga saat ini. Ketika SMA, Maulana menemukan majalah yang isinya cocok untuk anak seusianya. Majalah Hai itu lah yang menjadi pilihannya untuk berlangganan tiap minggu. Isinya lengkap, dari informasi musik terkini hingga edukasi seks.
"Nah iya musik juga, liputan-liputan konser, terus interview sama musisi, banyak sih dari Hai yang memang bagus gitu, enggak cuma musik tapi ada pop culture-nya. Ada tentang sex education-nya juga di Hai, jadi ya sudah minta sama mama langganan, terus di-approve. Senang banget tuh di-approve sama mama akhirnya, di-approve untuk langganan Hai gitu," ujar Maulana, saat ditemui kumparan di Cipete, Jumat (26/10).
ADVERTISEMENT
Maulana saat itu adalah remaja yang hobi nongkrong bersama teman-temannya selepas pulang sekolah. Namun bila hari Senin tiba, ia rela tidak berkumpul bersama teman-temannya untuk membaca informasi terhangat dari majalah Hai yang terbit pada hari itu.
Tak jarang teman-temannya mengejeknya karena memilih pulang lebih cepat ke rumah dibanding nongkrong bareng. Namun semua ejekan tersebut ia hiraukan demi membaca majalah remaja pria Indonesia yang terbit pertama kali pada 5 Januari 1977 itu.
Maulana Fadilah, penggemar majalah Hai (Foto: Irish Tamzil)
zoom-in-whitePerbesar
Maulana Fadilah, penggemar majalah Hai (Foto: Irish Tamzil)
Maulana punya cara tersendiri menikmati majalah favoritnya itu, yakni menyetel musik kesayangan sambil berbaring di kasur. Momen itu menjadi ‘me time’ terfavorit Maulana.
Pria berusia 29 tahun itu menyebut hobinya membaca majalah membuat wawasannya luas. Sehingga ia merasa percaya diri saat diajak mengobrol berbagai topik.
ADVERTISEMENT
"Kalau nongkrong bareng teman jadi referensi saya tuh banyak. Misalnya ngomongin sport ayo, musik ayo, ngomongin apapun lah gitu salah satunya itu karena Hai. Saya jadi banyak asupan wawasan gitu dari Hai, segala macam tuh disikat, gitu," tuturnya.
Maulana Fadilah, penggemar majalah Hai (Foto: Irish Tamzil)
zoom-in-whitePerbesar
Maulana Fadilah, penggemar majalah Hai (Foto: Irish Tamzil)
Maulana tak pernah kesulitan membeli majalah yang dibanderol sekitar Rp 25.000 itu karena orang tuanya mendukung. Sejak kecil ia jarang dibelikan mainan dan lebih sering diberi buku bacaan atau majalah.
Hal lain yang Maulana sukai dari Hai adalah bonus, salah satunya poster band musik, terlebih band kesukaannya, Blink 182. Saking sukanya, dia bahkan tidak menempel poster tersebut karena takut rusak. Biasanya poster-poster itu ia simpan rapi di tumpukan koleksi majalahnya.
Majalah Hai 2000an. (Foto: Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Majalah Hai 2000an. (Foto: Sattwika/kumparan)
Kini tak ada lagi momen favorit itu. Hai telah menyetop edisi cetak regulernya di usia 40 tahun. Pada Juni 2017, Hai resmi beralih wujud mengikuti tantangan zaman ke format digital. Kesedihan itu sangat dirasakan oleh Maulana, karena tidak ada lagi yang ia tunggu-tunggu setiap Senin.
ADVERTISEMENT
Masih ada ratusan majalah Hai yang ia simpan hingga sekarang. Maulana berniat akan terus menyimpan majalah yang telah menemani masa remajanya.
"Majalah-majalah yang tadinya saya baca, yang menemani masa remaja, tumbuh berkembang sama saya di zaman dulu sampai sekarang itu udah enggak terbit lagi sedih. Tapi ya sudah mau gimana, ya digilas zaman mau diapain lagi, media cetak udah enggak ‘seksi’ gitu zaman sekarang," pungkasnya.
Simak cerita nostalgia para penikmat media cetak dalam konten spesial dengan topik Riwayat Media Cetak.