Masalah Teknis, Pesawat Garuda Pengangkut Jemaah Haji Putar Balik

17 Juli 2019 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah jamaah calon haji berjalan memasuki pesawat. Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah jamaah calon haji berjalan memasuki pesawat. Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
ADVERTISEMENT
Pesawat maskapai Garuda Indonesia yang mengangkut jemaah haji menuju Madinah, Arab Saudi, mengalami masalah teknis. Akibatnya, pesawat tersebut terpaksa kembali ke bandara asal di Makassar dan mengalami keterlambatan.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Kepala Daerah Kerja Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Akhmad Jauhari, Rabu (17/7), pesawat bernomor GA1114 tersebut membawa sekitar 400 jemaah asal kloter Ujung Pandang (UPG) 14 dari Bandara Sultan Hasanuddin tujuan Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah.
Pesawat itu, kata Jauhari, berangkat pada pukul 19.00 waktu setempat, Selasa (16/7) dan baru diberangkatkan lagi pada pukul 06.00, Rabu (17/7).
"Sesuai laporan, pesawat sudah sempat terbang, karena ada alasan teknis sehingga kembali lagi dan baru diterbangkan 10 jam kemudian," kata Jauhari.
Berdasarkan data di situs penerbangan Flight Aware, pesawat Boeing 747-400 tersebut sudah terbang selama sekitar 2 jam sebelum memutuskan putar balik. Total pesawat itu sudah mengudara 4 jam hingga kembali lagi ke bandara Sultan Hasanuddin.
ADVERTISEMENT
Pihak Garuda Indonesia telah menginformasikan keterlambatan tersebut kepada tim PPIH di bandara Madinah dalam surat resminya. Pesawat yang seharusnya tiba pukul 01.15 waktu Saudi, molor menjadi pukul 11.25 waktu Saudi.
"Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan akibat keterlambatan penerbangan ini," kata Garuda Indonesia.
Jauhari mengatakan, keterlambatan penerbangan ini berdampak pada penyediaan akomodasi dan katering jemaah kloter UPG 14. Koordinasi terkait perubahan tersebut telah dilakukan oleh berbagai pihak terkait sehingga tidak berdampak buruk bagi ibadah jemaah.
Dari sisi katering misalnya, jika tidak dilakukan koordinasi maka makanan akan terlanjur disediakan padahal jemaah telat datang. Makanan tersebut tidak akan layak konsumsi. Untuk akomodasi, keterlambatan akan berdampak pada waktu penyewaan hotel.
"Layanan akomodasi basisnya adalah kedatangan. Jika mengacu pada jadwal awal, tentu check outnya juga lebih cepat. Maka kami mengantisipasi berupa reploting agar hak jemaah untuk melaksanakan arbain terpenuhi," kata Jauhari.
ADVERTISEMENT