Mbah Rono: Jangan Kriminalisasi Anak Krakatau

3 Januari 2019 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Desember 2018. (Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Desember 2018. (Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dikhawatirkan beberapa pihak akan kembali menimbulkan tsunami di Selat Sunda. Namun hal tersebut dibantah oleh ahli geologi yang juga mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono alias Mbah Rono.
ADVERTISEMENT
Mbah Rono mengatakan, erupsi Gunung Anak Krakatau sangat kecil kemungkinan dapat menimbulkan tsunami. Sebab, erupsi merupakan aktivitas wajar gunung berapi aktif.
"Anak Krakatau sekarang kayak dikriminalisasi. Dia seperti anak muda supaya tinggi dan semok (harus erupsi). Kalau tidak meletus bagaimana tumbuh dia. Letusan setinggi apa pun Anak Krakatau kecil (bisa) menimbulkan tsunami," kata Mbah Rono dalam diskusi 'Mitigasi Bencana Masih Jadi PR' di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1).
"Bahkan dapat dikesampingkan untuk mendakwa Anak Krakatau meletus bisa menimbulkan tsunami," lanjutnya.
Mbah Rono menambahkan, longsoran yang timbul akibat erupsi Gunung Anak Krakataulah yang menjadi penyebab tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu. Oleh karena itu, ia mengimbau agar alat pendeteksi longsoran terus diawasi agar tetap aktif.
ADVERTISEMENT
"Begitu banyak yang mengatakan ini letusan. Saya bilang bukan, ini longsoran. Awan panas bukan karakternya, yang sudah diteliti dan saya yakin benar Selat Sunda disebabkan oleh longsoran Anak Krakatau. Jangan pernah alat di Anak Krakatau mati, walaupun sering mati karena letusan. Karena wilayah vital dan strategis tidak boleh lengah Anak Krakatau," kata Mbah Rono.
Ia mengatakan, saat ini letusan Gunung Anak Krakatau terbilang normal. Mbah Rono menuturkan, sebelumnya Gunung Krakatau pernah mengalami erupsi jauh lebih besar. Mbah Rono juga menyebut longsoran Anak Krakatau memgakibatkan tsunami telah diprediksi sejak tahun 2012 lalu.
"Sekarang meletus gitu-gitu ajalah. Pernah lebih besar dari yang kemarin juga pernah, baik-baik saja. Waktu itu sudah tinggi dan besar, letusan itu dahsyat sekali. Longsor itu sudah banyak orang memprediksi, tsunami Selat Sunda disebabkan oleh longsoran Anak Krakatau sudah terbit tahun 2012," kata dia.
ADVERTISEMENT
Mbah Rono mengatakan, seharusnya pemerintah pusat dan daerah bersinergi untuk membangun mitigasi bencana karena adanya longsoran gunung. Apabila alat pendeteksi belum berfungsi sempurna, ia mengmbau pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
"Alam jujur mari kita hadapi dengan kejujuran. Misal, ini daerah vital strategis harus ditanya pemerintah pusat. Ada alat di Gunung Anak Krakatau tidak, pemerintah (punya) early warning system tidak. Kalau tidak ada, masyarakat harus berbuat apa. Alam tidak pernah pura-pura kalau gempa bumi beneran. Jadi Anak Krakatau akan bilang dari dulu banyak orang lihat saya bahwa potensi tsunami yang ada di Selat Sunda ada karena longsoran saya, bukan karena letusan saya," tutup Mbah Rono.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, Badan Geologi mencatat ada aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi di lokasi yang sama dan menyebabkan tsunami di pantai Anyer dan Lampung.
ADVERTISEMENT
Dwikorita menyebutkan erupsi yang terus-menerus itulah yang menyebabkan longsoran. Longsoran ini yang kemudian menimbulkan tsunami.