Megawati Prihatin Sahabat Tak Lagi Berkawan karena Beda Ideologi

31 Mei 2018 19:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PDIP, Megawati berikan arahan ke kader. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PDIP, Megawati berikan arahan ke kader. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menyayangkan ada pihak-pihak yang berusaha merusak ideologi Pancasila. Ia melihat pihak dari luar itu berusaha menanamkan ideologi baru yang bertentangan dengan Pancasila.
ADVERTISEMENT
"350 tahun kita dijajah. Bayangkan ada orang yang ingin masukkan ideologi baru ke Indonesia yang sama sekali tidak melihat fakta, realita, bagaimana sebenarnya kehidupan bangsa Indonesia," ucap Megawati di Museum Filateli, Jakarta Pusat, Kamis (31/5).
Megawati tidak merinci ideologi apa saja yang berusaha menggantikan Pancasila. Namun, ia memastikan momen itu kemudian menimbulkan banyak keresahan, ketakutan dan banyaknya ujaran kebencian di tengah masyarakat.
Bahkan, tidak sedikit hubungan dan interaksi sosial yang terpecah akibatnya perbedaan pemahaman ideologi tersebut.
"Lalu apa yang diinginkan Republik Indonesia dan bangsa Indonesia? Coba bayangkan, saya dengar banyak orang muda Indonesia yang gaul dengan temannya hanya karena sebuah pendirian yang tidak bisa lagi didiskusikan. Lalu mereka tidak lagi menjadi teman dan sahabat. Sangat memprihatinkan," tegas Megawati.
ADVERTISEMENT
Menurut Megawati, Soekarno menggambarkan masyarakat Indonesia adalah bangsa yang memiliki jati diri. Ia merasa sedih dan prihatin atas kejadian dalam beberapa waktu terakhir yang ikut mengorbankan keluarga hingga anaknya sendiri.
"Kenapa anak kecil dikorbankan. Saya nangis lho, ke mana hati nurani ibu mengorbankan anaknya seperti itu. Untuk apa mereka beranak? Kalau iya, itu tanggung jawab sendirilah," tuturnya.
Lebih lanjut, ia menggambarkan kondisi Indonesia akhir-akhir ini bahwa banyak pihak yang tidak bertanggung jawab atas perilakunya yang bersebrangan dengan Pancasila.
Megawati mengibaratkan dengan saat dulu menulis pesan dengan surat. Mereka harus membalas surat tersebut, suka atau tidak suka. Sedangkan untuk kondisi saat ini, di mana pesan dikirim dengan bentuk yang lebih modern, mereka punya hak untuk tidak membalasnya sehingga menganggap tidak memiliki tanggung jawab lagi.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya bilang Pak Jokowi makanya kenapa rakyat kita gampang menjelekkan orang, mengumbar kebencian, karena mereka tidak perlu tanggung jawab," tutup Megawati.