Melihat Keseharian Izhak dan 9 Adiknya di Rumah Kayu

20 Desember 2017 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Menghidupi sembilan orang adik menjadi tanggung jawab yang diemban Muhammad Izhak (22), selepas kepergian kedua orangtuanya yang meninggal dunia belum lama ini. Pendidikan yang ditempuhnya di jurusan Teknik Kimia ITB pun harus ia korbankan untuk mengurus mereka.
ADVERTISEMENT
Di kampung halamannya di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kini, sehari-hari Izhak berurusan dengan produksi gula aren rumahan sebagai mata pencahariannya. Persis seperti yang dilakukan almarhum ayahnya semasa hidup.
Sementara ia mengurus gula aren, berbagai pekerjaan rumah ia delegasikan kepada adik-adiknya.
Aslang (18), yang putus sekolah sejak kelas empat SD, diberi tugas menyadap air nira di kebun sang nenek. Sementara Rasmiani (13), Padila (12), dan Mutmainna (11), yang masing-masing masih duduk di bangku SMP dan kelas enam SD, bertugas membersihkan rumah, termasuk mencuci piring dan pakaian.
Lain halnya dengan Ismail (10), Nuralia (7), dan Abdullah Hanif (6), yang membantu Izhak membersihkan cetakan sekaligus mencetak gula aren.
Tak seperti 8 adiknya yang lain, Hasnawati (20), adik pertama Izhak, tak tinggal bersama mereka. Izhak berusaha membiayai sang adik yang tinggal berbeda kota karena masih berkuliah di STAIN Pare-pare, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya bukan hanya untuk Hasnawati, Izhak juga berharap penghasilannya yang tak seberapa dari berdagang gula aren, bisa membiayai adik-adiknya yang lain agar bisa terus mengenyam pendidikan di bangku sekolah.