Melorotnya Elektabilitas Jokowi di Survei Kompas

21 Maret 2019 7:01 WIB
Capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Maruf memasuki tempat debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Maruf memasuki tempat debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Survei Litbang Kompas pada Maret 2019 menunjukkan elektabilitas Jokowi - Ma'ruf menurun hingga di angka belum aman di bawah 50 persen, sementara Prabowo - Sandi menguat. Dikutip dari Harian Kompas, Rabu (20/3), elektabilitas Jokowi - Ma'ruf memperoleh 49,2 persen, Prabowo - Sandi memperoleh 37,4 persen suara, dan sisanya 13,4 persen menyatakan masih rahasia atau belum memilih.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan hasil survei Litbang Kompas pada Oktober 2018 lalu, maka elektabilitas Jokowi - Ma'ruf menurun dari 52,6 persen menjadi 49,2 persen. Sementara elektabilitas Prabowo - Sandi menguat dari 32,7 persen menjadi 37,4 persen.
Data ini menunjukkan, ada perubahan suara pemilih selama enam bulan terakhir. Survei Oktober 2018 memperlihatkan jarak elektabilitas paslon nomor urut 01 dan 02 sekitar 19,9 persen, sementara pada survei Maret menunjukkan jarak keduanya menyempit menjadi 11,8 persen. Artinya, selama enam bulan terakhir, ada pergeseran dukungan dari Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandi.
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Sumatera menjadi daerah yang masih berada di cengkeraman Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Militansi yang cukup tinggi dari relawan dan pendukung Prabowo - Sandi tampaknya berpengaruh pada menguatnya dukungan. Di Jakarta, elektabilitas Prabowo - Sandi mencapai 47,5 persen atau unggul 11,2 persen dari elektabilitas Jokowi - Ma'ruf sekitar 36,3 persen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Prabowo - Sandi juga masih mendominasi di Pulau Sumatera. selisih elektabilitas Prabowo - Sandi dengan Jokowi - Ma'ruf semakin melebar sekitar 13,5 persen.
Pada survei Maret 2019, elektabilitas paslon nomor urut 02 ini mencapai 50,5 persen sedangkan Jokowi - Ma'ruf 37 persen. Jika dibandingkan dengan survei Oktober 2018, elektabilitas Prabowo - Sandi menguat 10 persen dari 40,5 persen. Sementara Jokowi - Ma'ruf hanya naik sekitar 1,1 persen dari 38,1 persen.
Meski demikian, Wakil Sekretaris TKN, Raja Juli Antoni, menjelaskan pihaknya optimistis Jokowi - Ma'ruf bisa menang karena berdasarkan hasil survei beberapa lembaga, selisih suara kedua paslon ini cukup jauh hingga 20 persen. Sehingga menurutnya sulit bagi Prabowo - Sandi untuk mengejar ketertinggalan itu.
ADVERTISEMENT
"Hasil survei Litbang Kompas memang yang menunjukkan selisih antara 01 dan 02 yang paling tipis (11,8 persen). SMRC akhir pekan lalu menunjukkan selisih yang sangat besar sekitar 25 persen. Namun demikian, selisih sekitar 13 persen dengan margin of error sekitar 3 persen merupakan selisih yang sangat sulit dikejar Pak Prabowo," kata Toni, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/3).
"Kami ucapkan terima kasih kepada Litbang Kompas yang mengeluarkan hasil survei hari ini. Hasilnya akan memotivasi kami untuk bekerja lebih tekun meyakinkan rakyat bahwa Pak Jokowi - Kiai Ma'ruf adalah pemimpin terbaik bagi rakyat," imbuhnya.
Bamsoet usai menerima kunjungan kerja Komnas HAM Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan
Sementara itu, Politisi Golkar Bambang Soesatyo menanggapi hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan penurunan elektabilitas Jokowi - Ma'rufAmin dan peningkatan elektabilitas Prabowo Subianto - Sandiaga Uno dengan selisih 11,8 persen.
ADVERTISEMENT
Ia menilai naik turunnya elektabilitas paslon sebagai hal yang wajar dalam sistem politik dinamis. Bamsoet meyakini elektabilitas Jokowi akan kembali naik.
"Ya politik itu dinamis sehingga baik turun itu biasa. Tunggu saja nanti juga naik lagi," kata Bamsoet di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/3).
Bamsoet menuturkan seluruh elemen partai pendukung selalu bergerak untuk kemenangan Jokowi, termasuk seluruh kader Golkar. Sehingga tanpa perlu diminta, mereka akan bergerak untuk mengupayakan kemenangan Jokowi - Ma'ruf
"Enggak usah digerakkan sudah bergerak semua. Apalagi yang muda pasti bergerak-gerak," ucap Ketua DPR itu.
Di sisi lain, cawapres Sandiaga Uno mengaku bersyukur dengan hasil survei ini karena sesuai dengan survei internal BPN. Meski demikian, Sandi mengatakan, perlu usaha lebih keras untuk mengejar ketertinggalan. Ia pun yakin mampu mengalahkan Jokowi - Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
“ Jadi ini satu afirmasi bahwa konsep kita bisa diterima tapi masih harus kerja keras. Saya ingatkan relawan tinggal praktis 25 hari lagi, dan di 21 hari terakhir di 24 Maret akan sprint," jelas Sandi di kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3).
"Angka kita terus mengejar dan kita fokus memberikan solusi kepada masyarakat. Saya semakin yakin punya peluang baik (kalahkan Jokowi-Ma'ruf),” tambahnya.
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Mantan Wagub DKI ini mengaku bersemangat mengejar Jokowi - Ma'ruf saat mengetahui selisih elektabilitas mulai menipis di angka 11 persen pada survei internal BPN. Sandi memprediksi persaingan antara kedua paslon akan ketat di akhir-akhir masa kampanye.
“Saya melihat waktu dua bulan lalu sudah sangat semangat dengan hasil yang sama. Per hari ini saya berharap angkanya jauh lebih baik dan ini menjadi penyemangat kita tinggal itungan minggu, empat minggu lagi tanggal 17 April,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Sandi berharap agar relawan dan masyarakat bergerak untuk memenangkan dirinya dan Prabowo. Sebab, Sandi menganggap tidak mempunyai kekuatan seperti rival mereka.
“Nah ini memang yang menjadi prediksi kita di injury time ini di last minute ini yang jelas kita akan dorong dan kita akan kerahkan semua kemampuan relawan karena kita tidak punya perangkat desa kita tidak punya, gubernur kita tidak punya,” tandas Sandi.
Tak hanya itu, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar, juga menyebut elektabilitas petahana di bawah angka 50 persen menunjukkan indikasi kekalahan sangat kuat.
“Tren tafsir statistik elektoral bila petahana ada di angka di bawah 50 persen dipastikan petahana kalah,” kata Dahnil saat dihubungi kumparan, Rabu (20/3).
ADVERTISEMENT
Apalagi, lanjut Dahnil, bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2014, elektabilitas Jokowi sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, menurutnya tren elektabilitas Prabowo - Sandi yang terus mengalami kenaikan menjadi tanda-tanda kemenangan yang sangat kuat.
“Apalagi bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2014 yang lalu, malah justru angka itu semakin mengkhawatirkan bagi petahana,” ujar Dahnil.
“Karena apabila melihat tren survei Kompas tersebut, kepastian Prabowo - Sandi menang di depan mata, gelombang perubahan agaknya tidak bisa dibendung lagi,” imbuhnya.
Untuk itu, Dahnil mengatakan BPN Prabowo - Sandi akan terus meningkatkan pengawalan guna mengantisipasi segala bentuk kecurangan yang sangat mungkin dilakukan petahana.
“Jadi kami pasti akan terus antisipasi politik 'kalap bin panik' yang menghalalkan segala cara. Mulai mobilisir ASN, aparatur hukum, termasuk antisipasi kecurangan yang mungkin terjadi,” tutup Dahnil.
Data elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi. Foto: Putri Sarah/kumparan
ADVERTISEMENT