Memahami Bangunan Menara BCA Agar Tak Termakan Isu 'Bergoyang'

8 April 2018 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Menara BCA (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Menara BCA (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kepanikan terjadi saat warga menghabiskan akhir pekan di hari bebas berkendara bermotor atau car free day di kawasan bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (8/4).
ADVERTISEMENT
Adapun kepanikan itu dipicu oleh orang-orang yang berteriak bahwa menara BCA di kawasan itu bergoyang dan seperti akan roboh. Tak pelak, warga yang mendengarnya berlarian menjauh dari kawasan menara tersebut.
Meski demikian, gedung tersebut nyatanya tak benar-benar roboh. Kepanikan warga tak lebih dari persepsi yang keliru atas bergeraknya awan di atas Menara BCA.
Kepanikan serupa pernah terjadi pada Desember 2016. Saat itu warga juga berlarian karena mengira Menara BCA bergoyang dan akan roboh.
Terlepas dari adanya persepsi yang keliru dalam melihat Menara BCA yang seolah roboh, sebetulnya adalah hal yang lumrah jika suatu gedung di perkotaan bergoyang. Hal itu justru menunjukkan kemampuan adaptif gedung tersebut dalam menerima getaran.
ADVERTISEMENT
kumparan (kumparan.com) menelusuri kemampuan Menara BCA dalam beadaptasi dengan getaran.
Menara BCA merupakan kantor pusat Bank Central Asia (BCA). Gedung pencakar langit tersebut terletak di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Gedung itu memiliki tinggi sepanjang 230 m dan memiliki 56 lantai.
Adapun pembangunan Menara BCA dimulai pada 2004 silam. Pembangunan gedung perkantoran mewah tersebut berada di bawah naungan PT Grand Indonesia. Saat itu, PT Grand Indonesia menunjuk RTKL untuk medesain penampakan gedung tersebut.
Ditunjuknya RTKL oleh PT Grand Indonesia juga bukan tanpa alasan. Sebabnya, RTKL merupakan sebuah firma arsitektur internasional. Firma arsitektur asal Amerika Serikat itu sudah beberapa kali memegang proyek kelas dunia. Beberapa di antaranya adalah Shanghai Museum of Science and Technology, hingga kantor kongres Amerika Serikat (US Capitol).
ADVERTISEMENT
Pada 2008, pembangunan gedung tersebut resmi dirampungkan. Gedung itu kemudian terhubung dengan Mal Grand Indonesia, Hotel Indonesia, dan Apartemen Kempinski.
Struktur Material Menara BCA
Berdasarkan informasi yang tertera pada skyscrapercenter.com, diketahui bahwa Menara BCA memiliki struktul material yang disebut sebagai komposit. Skyscrapercenter sendiri merupakan situs yang memberikan informasi mengenai gedung-gedung pencakar langit di dunia.
Dalam perbendaharaan kimia, komposit yang dimaksud oleh situs tersebut sebetulnya merujuk pada jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang sifat masing-masingnya berbeda satu sama lainnya.
Dalam hal ini, Menara BCA memiliki struktur material komposit berupa bahan baja dan beton. Dengan inti penyusunnya berupa beton bertulang (Reinforced Concrete). Sementara kolom penyusunnya berupa baja terbungkus beton (Concrete Encased Steel).
Gedung Menara BCA (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Menara BCA (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Jika ditilik berdasarkan sifatnya, baja memiliki karakteristik yang lentur, lebih ringan, tetapi sekaligus tidak terlalu kokoh dan tidak tahan api. Sementara itu, beton memiliki karakteristik material yang kokoh, tahan api, tetapi sekaligus mudah retak jika menerima gaya tarik (guncangan).
ADVERTISEMENT
Dalam jurnal berjudul "Studi Perbandingan Perilaku Dan Kinerja Struktur Baja Menggunakan Kolom Komposit Concrete Encased dan Concrete Filled Tube, Serta Non Komposit" yang ditulis I Ketut Diartama Kubon Tubuh, Made Sukrawa dan I Gede Adi Susila, disebutkan bahwa hal-hal positif dari baja dan beton yang kemudian diterapkan pada bangunan komposit.
Dengan adanya inti peyusun berupa beton bertulang, dapat dipastikan gedung tersebut akan memiliki kekuatan yang kokoh. Disertai dengan kemampuan gedung tersebut yang memiliki daya lentur sehingga mampu meredam tarikan dalam kadar tertentu.
Pada saat terjadi gempa, kekakuan dari kolom-kolom akan berperan menahan gaya lateral (gerakan yang tak menentu) dan akan berdeformasi (bergeser). Sederhananya, Menara BCA akan bergoyang ke kanan dan ke kiri saat gempa atau adanya angin kencang yang berembus ke gedung tersebut.
ADVERTISEMENT
Di belahan negara lain, gedung yang menggunakan material komposit berupa baja dan beton adalah Gedung Torre Mayor di Meksiko. Gedung setinggi 225 m tersebut merupakan bangunan paling tahan gempa di dunia.
Gedung Torre Mayor. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Torre Mayor. (Foto: Wikimedia Commons)
Dikutip dari situs resminya, torremayor.com.mx, diketahui bahwa gedung tersebut memiliki struktur beton bertulang dengan komposisi 46.916 meter kubik beton, 21.200 ton baja struktural dan baja tulangan. Dengan kolom baja terbungkus dalam beton bertulang, gedung tersebut diklaim mampu menahan gempa hingga 8,5 Magnitudo.