Membaca Elektabilitas Ekstrapolasi Jokowi vs Prabowo di Survei Kompas

21 Maret 2019 16:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tarung Relawan Jokowi-Prabowo. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tarung Relawan Jokowi-Prabowo. Foto: Herun Ricky/kumparan
ADVERTISEMENT
Harian Kompas merilis elektabilitas paslon Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Dalam survei tersebut, Kompas memaparkan dua hasil survei.
ADVERTISEMENT
Yang pertama, survei dengan yang memperlihatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf, Prabowo-Sandi, dan persentase dari mereka yang menjawab tidak tahu atau rahasia. Kemudian, Kompas memaparkan hasil survei dengan ekstrapolasi. Dalam hasil survei dengan ekstrapolasi ini, hanya ada dua hasil, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi, tanpa undecided voters.
Mengutip harian Kompas, elektabilitas ekstrapolasi diukur dengan membuat asumsi kelompok undecided voters akan memberikan suaranya ke salah satu dari dua paslon secara proporsional menurut perolehan suara.
Di survei Kompas, elektabilitas non ekstrapolasi Jokowi-Ma'ruf mencapai 49,2 persen di Maret 2019 sementara Prabowo-Sandi 37,4 persen. Yang menjawab tidak tahu atau rahasia mencapai 13,4 persen. Berdasarkan hasil ini, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf turun dibandingkan survei Kompas di Oktober 2018 yang mencapai 52,6 persen. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandi naik dibandingkan Oktober 2018 yang mencapai 32,7 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan ekstrapolasi, elektabilitas Jokowi di Maret 2019 berada di 56,8 persen. Sementara Prabowo-Sandi mencapai 43,2 persen.
"Meskipun selisih keterpilihan semakin sempit, posisi Jokowi-Amin diperkirakan masih cukup aman untuk memenangi pilpres. Hasil ekstrapolasi elektabilitas menunjukkan peluang kemenangan Jokowi-Amin lebih besar ketimbang Prabowo-Sandi," kata peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan, seperti dikutip dari Harian Kompas.
Survei Kompas Elektabilitas Jokowi - Ma'ruf Amin dan Prabowo - Sandi Maret 2019. Foto: Adham Rizqy/kumparan
Dibandingkan survei Kompas di Oktober 2018, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf turun. Di Oktober 2018, dengan ekstrapolasi, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf menembus angka 61,7 persen. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandi dengan ekstrapolasi di Oktober 2018 mencapai 38,3 persen. Artinya elektabilitas paslon nomor urut 02 itu naik.
Survei ini digelar dengan cara wawancara tatap muka kepada 1.200 responden di 34 provinsi dari 22 Februari-5 Maret 2019. Sampling diambil dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat. Margin of error sebesar 2,2 persen dan ada potensi pemilih memindahkan dukungan.
ADVERTISEMENT
Ketum Tim Cakra 19, salah satu kelompok relawan Jokowi-Ma'ruf, Andi Widjajanto menjelaskan biasanya perbedaan suara sebelum dan sesudah ekstrapolasi tidak terlalu jauh. Namun, dalam survei Kompas, perbedaan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebelum dan sesudah ekstrapolasi cukup besar.
"Sehingga pada dasarnya, dengan ekstrapolasi, survei Kompas hasilnya sama dengan survei lembaga lain seperti SMRC, LSI Denny JA, karena menembus 50 persen," ujar Andi, Kamis (21/3).
Data elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi. Foto: Putri Sarah/kumparan
Timses Jokowi-Ma'ruf, kata Andi, saat ini fokus untuk mengejar kenaikan suara di sisa masa kampanye. Menurut dia, jika merujuk ekstrapolasi, maka akan sulit bagi Prabowo-Sandi untuk mengejar ketertinggalan 13,6 persen. Namun, penurunan suara Jokowi-Ma'ruf dibandingkan Oktober tentunya menjadi catatan tersendiri.
"Selama ini konsolidasi tim selalu memakai data terburuk. Karena ini masih sisa 30 hari, jadi masih ada waktu untuk menata dan melakukan konsolidasi gerak menjadi lebih terarah," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Andi mengatakan, sebenarnya tren kenaikan elektabilitas Prabowo di survei Kompas bulan Maret dibandingkan Oktober juga tak terlalu signifikan. Karena kenaikan dalam waktu 5 bulan, kenaikan Prabowo-Sandi hanya 4 persen.
Di kesempatan terpisah, Waketum Gerindra Fadli Zon tidak terlalu mengkhawatirkan elektabilitas ekstrapolasi. BPN Prabowo-Sandi hanya berpegang pada survei internal mereka.
Ektabilitas dan elektabilitas ekstrapolasi Jokowi dan Prabowo dari beberapa lembaga survei. Foto: Dok. Istimewa
"Kami berpegang kepada survei internal jadi yang saya apresiasi dari hasil survei Kompas itu menyatakan independen tentu dengan memotret yang ada sekarang. Kalau kami melihat, di dalam survei internal, kami sudah melampaui," ujar Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/3).
Fadli mengatakan, berdasarkan pada survei internal, pasangan Prabowo-Sandi sudah unggul di atas 2-3 persen. Sehingga ia tak merisaukan banyaknya hasil survei dari berbagai lembaga.
ADVERTISEMENT
"Kami sebenarnya tak terlalu peduli sama semua survei. Kami peduli dengan survei kami sendiri karena kita yang bekerja langsung. Kita tak mau berpaku ke survei apalagi yang terafiliasi dengan kompetitor," tutup Fadli.