news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Membandingkan Respons Jokowi dan Anies soal Capres saat Jabat Gubernur

16 April 2018 16:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anies Baswedan dan Presiden Jokowi (Foto: Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan dan Presiden Jokowi (Foto: Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Nama Gubernur DKI Anies Baswedan selalu muncul di setiap survei capres-cawapres 2019. Anies disebut memiliki elektabilitas yang tinggi sehingga berpotensi dicalonkan sebagai capres maupun cawapres di Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Kemunculan nama Anies dalam bursa capres-cawapres ini mengingatkan pada kisah Joko Widodo di Pilpres 2014. Saat menjabat sebagai gubernur DKI, Jokowi juga santer disebut-sebut sebagai capres. Saat itu, Jokowi selalu membantah ia akan maju sebagai capres dan konsisten menjawab akan fokus menangani Jakarta.
Tapi toh, nyatanya Jokowi benar-benar maju sebagai capres berpasangan dengan Jusuf Kalla. Keduanya bahkan berhasil meraup suara terbanyak dan mengalahkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Apakah Anies akan mengulang jejak Jokowi?
Berikut kumparan (kumparan.com) membandingkan, rentetan jawaban Jokowi dan Anies saat ditanya soal pencalonannya di pilpres:
Jokowi
Jokowi digadang-gadang sebagai capres mulai sekitar tahun 2013 setelah dia resmi menjabat gubernur DKI bersama Ahok. Jokowi dianggap sebagai 'media darling' karena aksinya yang senang blusukan dan antimainstream.
ADVERTISEMENT
Di sejumlah survei soal elektabilitas capres jelang Pilpres 2014, nama Jokowi santer disebut. Meski baru awal menjabat sebagai gubernur DKI kala itu, elektabilitas Jokowi cukup tinggi sehingga ia masuk ke dalam bursa capres PDIP.
Dalam survei Data Bersat pada 13-18 Januari 2013 misalnya, survei yang dilakukan terhadap 1.200 responden di 30 provinsi menunjukkan, Jokowi sebagai capres dengan tingkat keterpilihan tertinggi. Padahal, saat itu namanya dibandingkan dengan Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, dan Rhoma Irama.
Begitu juga dengan survei CSIS yang digelar 9 sampai 16 April 2013. Dalam survei itu, nama Jokowi kembali menjadi capres dengan tingkat keterpilihan tertinggi dibandingkan Prabowo, Aburizal Bakrie, Mega, Jusuf Kalla, hingga Mahfud MD. Saat itu, PDIP masih mempertibangkan Megawati, ketimbang Jokowi.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya soal penawaran sebagai capres itu, Jokowi selalu irit menjawab. Pada 28 Mei 2013, Jokowi hanya menjawab secara tak jelas ketika ditanya apakah ia minat atau tidak untuk maju sebagai capres.
Di hari berikutnya, Jokowi kembali ditanya soal siapa tokoh yang paling tepat untuk mendampinginya dalam laga Pilpres 2014. Namun Ia justru berkelakar. "Paling enak sih ya dipasangkan sama istri saya," tuturnya.
Di kesempatan lain, Jokowi kembali ditanya soal elektabilitasnya yang paling kuat di antara nama tokoh lain. Saat itu, Jokowi tak menjawab tak akan maju sebagai capres, namun dia menggunakan alasan lain yaitu ingin fokus dalam menangani Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kali lain, Jokowi bahkan sama sekali tak menjawab pertanyaan wartawan soal isu pencapresannya. Ia selalu enggan berkomentar. "Sudah, ya," ucap Jokowi.
Dalam sebuah acara seminar di STIKOM Jakarta pada 19 Juni 2013, Jokowi sempat ditanya soal peluangnya untuk maju sebagai capres oleh salah seorang dosen pengisi seminar. Namun, Jokowi justru menjawabnya dengan santai.
Jokowi Ahok 2012 (Foto: Dhoni Setiawan/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi Ahok 2012 (Foto: Dhoni Setiawan/Antara)
"Saya sudah jawab di koran-koran kan, ya," tuturnya.
Sayangnya, dosen itu tak merasa puas dengan jawaban Jokowi. Jokowi pun akhirnya menjawab soal isu itu. "Yang bisikin sudah banyak," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Lambat laun, Jokowi akhirnya mulai mengubah jawabannya. Semakin sering ditanya soal kesiapannya sebagai capres, ia tak lagi menjawab ingin fokus menangani Jakarta, tetapi hanya diam seribu bahasa.
Pada 25 September 2013 misalnya, Jokowi hanya menjawab singkat, "Ada apa 2014?," ucap Jokowi, di Balai Kota.
Saat dibalas oleh wartawan bahwa di tahun 2014 Jokowi akan dicalonkan sebagai capres, ia hanya terdiam sesaat, kemudian berlalu meninggalkan wartawan.
Akhirnya, pada 19 Mei 2014, Jokowi dan Jusuf Kalla resmi dideklarasikan sebagai pasangan capres cawapres. Jokowi JK diusung PDIP, NasDem, PKB, Hanura, dan Golkar.
Anies
Kisah Jokowi yang digadang-gadang sebagai capres juga kembali terjadi pada Anies. Mantan Mendikbud itu, pada sejumlah survei, disebut memiliki elektabilitas yang tinggi. Namanya bersaing dengan sejumlah tokoh seperti Agus Harimurti Yudhoyono dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
ADVERTISEMENT
Seperti Jokowi, Anies juga kerap ditanya soal kesiapannya untuk maju dalam laga pilpres. Namun seperti Jokowi, ia pada awal-awal enggan berkomentar soal capres. "Nanti saja," ucap Anies, Jumat (13/1/2017).
Di kesempatan lain, ia berkata sedang fokus menangani permasalahan di DKI terlebih dahulu. Jawaban ini juga pernah dijawab Jokowi.
Di kesempatan lain, Anies ditanya kembali oleh wartawan perihal namanya yang masuk ke dalam bursa capres cawapres. Namun, ia justru menjawab pertanyaan itu dengan Pancasila.
Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
"Jadi selalu saya perhatikan sejak dari dulu, saya selalu saya sampaikan sila ke lima tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau teman-teman ngikutin pasti ingat kata-kata itu, jadi bukan hal yang baru," jawab Anies.
ADVERTISEMENT
Kemudian, di sebuah acara di Lapangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Anies menegaskan, Jokowi dan Prabowolah yang menjadi kandidat di Pilpres 2019. Sementara ia, hanya ingin mengurus Jakarta.
Anies ogah bicara banyak soal Pilpres 2019. Begitu juga saat ditanya soal deklarasi Gerindra DKI Jakarta yang mendorong Prabowo Subianto untuk kembali menjadi capres berhadapan dengan Jokowi.
"Saya gubernur enggak boleh ngomongin politik gitu," kata Anies.
Anies juga kembali ditanya wartawan tentang kapasitasnya yang hadir dalam acara Rakornas Gerindra pada 11 April yang lalu. Sebab, ia bukanlah kader Gerindra seperti Sandi.
Joko Widodo bersama Anies Baswedan (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Widodo bersama Anies Baswedan (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
"Saya rasa tidak (sebagai kandidat cawapres). Saya hadir sebagai gubernur. Karena gubernur dapat undangan untuk hadir di acara itu, saya datang," ucap Anies di Balai Kota, Jakarta, Rabu (11/4).
ADVERTISEMENT
Terakhir, Anies kembali ditanya soal namanya yang berpotensi untuk maju di Pilpres usai menonton pertandingan Persija vs Johor Darul Takzim Malaysia. Namun, ia justru berkilah dengan mengomentari hasil pertandingan.
"Alhamdulliah. Persija menang saya senang," kata Anies usai menonton laga Persija di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (10/4).
Saat ditanya apakah Anies bersyukur masuk dalam bursa capres, Anies kembali mengomentari penampilan Persija. Ia mengatakan Persija semakin baik.
"Persija menang, sudah gitu aja. Kita lihat ada satu hal pendukung Persija makin hari makin tertiba, makin hari makin rapi dan kita makin bangga," pungkasnya.
Sampai saat ini, setiap jawaban yang dilontarkan Anies, belum terlihat tanda-tanda ia siap maju ke laga Pilpes 2019. Namun, apakah jawaban Anies yang selalu berkilah itu mengikuti langkah Jokowi?
ADVERTISEMENT