Membedah Pro Kontra Pembakaran Bendera Berlafal Tauhid di Media Sosial

6 November 2018 18:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Tauhid Pro dan kontra. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Tauhid Pro dan kontra. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Uus Sukmana tertunduk lesu saat hakim membacakan vonis untuknya. Ia bersama dua orang lainnya, Faisal Mubaraq dan Mahfudi Syarifudin, merupakan anggota Banser yang terlibat dalam kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Melalui ketukan palu Hakim Hasanudin, Uus bersama Faisal dan Mahfudi terbukti melanggar Pasal 174 KUHP tentang Mengganggu Rapat Umum. Ketiganya dijatuhi vonis 10 hari penjara dan denda Rp 2 ribu, Senin (5/11).
Tepat tiga hari sebelum vonis itu dibacakan, aksi Uus dan kawannya itu berbuntut aksi ribuan massa di Istana Negara. Mereka yang mengatasnamakan massa Aksi Bela Tauhid 211 tak terima dengan pembakaran bendera pada 21 Oktober lalu.
Namun jauh sebelum aksi itu dihelat, media sosial lebih dahulu riuh. Twitter bising dengan cuitan-cuitan bernada emosional. Banyak yang menyesali peristiwa itu, tapi ada pula yang justru membenarkan aksi tersebut. Sentimen publik terbelah.
Suasana persidangan dua anggota Banser Faisal Mubaraq dan Mahfudi Syarifudin dalam kasus pembakaran bendera berlafal tauhid di Pengadilan Negeri Garut, Senin (5/11/2018). (Foto: Igo/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Suasana persidangan dua anggota Banser Faisal Mubaraq dan Mahfudi Syarifudin dalam kasus pembakaran bendera berlafal tauhid di Pengadilan Negeri Garut, Senin (5/11/2018). (Foto: Igo/kumparan )
Sebagai platform media digital, kumparan berupaya memahami terbelahnya sentimen publik pada kasus pembakaran bendera. Terbelahya sentimen publik di Twitter itu dapat dilihat melalui tools bernama Astra Maya (Drone Emprit).
ADVERTISEMENT
Adapun Astra Maya merupakan sebuah sistem untuk memonitor dan menganalisa media online dan media sosial. Astra Maya bertumpu pada teknologi big data dan berbasikan teknologi Artificial Intelligent dan Natural Language Processing (NLP).
Berdasarkan data yang disuguhkan Astra Maya, percakapan yang menandakan rasa kecewa warganet terhadap isu pembakaran bendera di Twitter mencapai 39 persen. Jumlah itu dihitung sejak 21 Oktober hingga 5 November 2018.
Astra Maya memperoleh data tersebut secara matematis melalui konten-konten yang diunggah warganet. kumparan menempatkan kata kunci ‘Bendera Tauhid’ atau ‘Ar Rayah’ sebagai basis dari perhitungan tersebut. Kata ‘Ar Rayah’ sendiri lazim dipakai warganet untuk merujuk bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid.
Kekecewaan sebesar 39 persen itu merupakan representasi dari 155.837 kicauan selama rentang periode tersebut. Sesuai dengan grafik yang disajikan, sentimen negatif terhadap pembakaran itu melonjak drastis dari tanggal 22 ke 23 Oktober.
ADVERTISEMENT
Awalnya ada 5.725 cuitan pada 22 Oktober, angkanya kemudian melonjak enam kali lipat menjadi 35.864 kicauan pada 23 Oktober. Seruan agar umat muslim turun ke jalan pun menggema pada saat itu. Namun satu hari setelahnya, cuitan bernada kecewa itu justru menjadi 28.669 cuitan. Angka itu terus turun setelahnya.
Meski demikian, seruan untuk turun ke jalan rupanya menghasilkan adanya aksi di sejumlah daerah pada Jumat (26/10). Selepas salat Jumat, ribuan massa tumpah ruah di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta. Di media sosial Twitter, aksi itu dibarengi dengan naiknya jumlah cuitan menjadi 28.688 cuitan bernada kecewa.
Sementara itu, cuitan bernada positif atau pro terhadap Banser juga muncul di Twitter. Mereka adalah orang-orang yang menganggap bahwa aksi pembakaran itu benar karena membakar representasi dari organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
ADVERTISEMENT
Saat aksi 26 Oktober terjadi, ada 18.443 cuitan bernada positif. Jumlah itu lebih sedikit bila dibandingkan dengan cuitan rasa kecewa yang jumlahnya mencapai 28.688 cuitan.
Meski jumlahnya lebih sedikit, sentimen positif itu lebih besar pada 23 Oktober. Dua hari setelah peristiwa pembakaran, ada 47.195 yang memuji pembakaran bendera tersebut. Di hari itu pula, mengalir dukungan terhadap Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas yang dilaporkan ke Bareskrim Polri terkait tuduhan penodaan agama.
Aksi Bela Tauhid di sekitar Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, Jumat (2/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Bela Tauhid di sekitar Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, Jumat (2/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Dalam Aksi Bela Tauhid 211, 2 November, sentimen negatif di Twitter mencapai 4.578 cuitan. Sementara sentimen positif sedikit lebih besar pada angka 6.472 cuitan. Jumlah cuitan itu merangkak naik dari hari-hari sebelumnya yang cenderung landai.
ADVERTISEMENT
Landainya jumlah cuitan negatif atau pun positif itu disebabkan adanya sejumlah faktor Selain memang para pelaku pembakar bendera sudah dijadikan tersangka, adanya isu besar berupa jatuhnya Lion Air di perairan Karawang pada 29 Oktober membuat fokus publik teralihkan.
Bila ditilik dari persebarannya, lima akun Twitter yang lantang meramaikan isu pembakaran bendera tauhid adalah @maspiyuuu, @haikal_hassan, @ekowBoy, @ustadtengkuzul, @Informasi_FPI. Dari lima akun dengan engagement terbesar itu, kelimanya menyuarakan kekecewannya terhadap aksi pembakaran bendera tersebut