Menangisi Kepergian Polisi Berhati Tulus Iptu Auzar

17 Mei 2018 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
H. Auzar (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
H. Auzar (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Penyerangan di Mapolda Riau pada Rabu (16/5) kemarin menyisakan duka. Seorang perwira pertama bernama Iptu Auzar harus pergi untuk selamanya saat berupaya mengadang mobil teroris.
ADVERTISEMENT
Iptu Auzar dikenal akan pribadinya yang santun, ramah, dan sopan. Hal ini disampaikan langsung oleh Widiya Nurul Sabrina yang hampir tiap hari bertemu dengan Iptu Auzar.
“Kenal, suami saya juga polisi. Rumah saya di belakang Polda jadi sering ketemu, di Yayasan Bhayangkari, di jalan, kalau nganterin anak-anak sekolah terus ketemu pasti nyapa,” kata Widiya kepada kumparan, Kamis (17/5).
Widiya juga mengenang kebaikan hati Iptu Auzar yang selalu bersedia menolong siapa saja yang membutuhkan. Pria kelahiran 9 November 1962 itu juga tak pernah membantah dan mengeluh bila diberi pekerjaan.
Seperti pada saat Widiya dan Yayasan Bhayangkari pergi untuk berwisata. Kala itu, Iptu Auzar bersedia mengantarkan dan jadi sopir busnya.
“Kadang kan ada orang yang dimintain tolong, ada yang jawab ‘nanti aja’, tapi kalo beliau enggak. Kalau menolong orang tulus, senyum, tidak pernah cemberut. Jiwa sosialnya tinggi,” lanjut dia.
Ipda Auzar, polisi yang tewas di Mapolda Riau (Foto:  Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ipda Auzar, polisi yang tewas di Mapolda Riau (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
Selain gemar menolong, Iptu Auzar juga sosok yang religius. Ia dan teman-temannya selalu bertemu dengan polisi berusia 55 tahun itu ketika bertandang ke masjid.
ADVERTISEMENT
“Setiap ada pengajian pasti ketemu beliau. Dia juga imam masjid di masjid Polda. Bahkan teman saya pernah ketemu dia di masjid yang jaraknya agak jauh. Orangnya senang ke masjid,” katanya.
Walau sering bertemu, Widiya tak pernah mengobrol panjang lebar karena kepribadian Iptu Auzar yang pendiam. Tapi baginya, pertemuan-pertemuan dengan Iptu Auzar telah memberikan kesan yang mendalam.
Ia pun sangat terpukul saat mendengar kabar Iptu Auzar menjadi korban penyerangan teroris. “Teman-teman saya kasih kabar ‘itu yang jadi korban Pak Auzar’. Sedih banget, saya nangis,” tuturnya sambil menahan tangis.
“Dia orangnya baik, semua orang juga selalu bilang dia baik. Merasa kehilangan banget,” ungkap Widiya.
Ipda Auzar, polisi korban teror di Mapolda Riau. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ipda Auzar, polisi korban teror di Mapolda Riau. (Foto: dok. Istimewa)
Kepergian Iptu Auzar tak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan orang-orang yang mengenalnya. Karo Penmas Polri Brigjen M Iqbal yang pernah dinas bersama, menyebut Iptu Auzar sosok yang ramah kepada sesama anggota Polri dan seluruh masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Orangnya disenangi oleh seluruh orang karena sering ngebantu. Kemudian dia cekatan, terus enggak pernah ngeluh, dan juga pro aktif. Dia terkenal memang," kata Iqbal.
Dia dikenal sebagai seorang muazin (orang yang azan). Bahkan, sesaat sebelum meninggal ditabrak mobil teroris, Auzar baru menunaikan Salat Duha di masjid Polda Riau sebagaimana kebiasaannya.
Sebagai penghormatan terkahir, Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa kepada Auzar menjadi Iptu Anumerta Luar Biasa karena dinilai sangat berjasa dalam menjalankan tugasanya sebagai anggota Polri dan turut menyelamatkan masyarakat Riau dari serangan teror.